Ini Tujuan Transformasi Digital Memasuki Masa Normal Baru
Berita

Ini Tujuan Transformasi Digital Memasuki Masa Normal Baru

Pemerintah menyiapkan desain transformasi digital agar semakin inklusif.

Oleh:
Ady Thea DA
Bacaan 2 Menit

Keempat, sebagai akselerator pemulihan ekonomi nasional. Kelima, penguat pondasi perekonomian untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Menurut Mira Indonesia punya modal awal yang baik untuk melakukan transformasi digital. Tahun 2019, populasi dengan internet mencapai 180 juta orang (67 persen), pengguna internet aktif 150 juta orang (56 persen), pengguna layanan daring 105 juta orang (39 persen), dan 32 persen dari populasi berusia 20-39 tahun yang tergolong cepat mengadopsi teknologi.

Jangkauan sinyal seluler wilayah pemukiman untuk 2G sebesar 99,16 persen, 3G (96,34 persen), dan 4G (97,51 persen). Untuk 4G Mira menghitung sebanyak 87,4 persen sudah masuk desa, kecamatan (86,7 persen), dan kabupaten/kota (94,1 persen).

“Desain Transformasi Digital ini bukan hanya milik pemerintah. Kami tidak bisa bergerak sendiri, semua pemangku kepentingan harus terlibat. Untuk itu, kami membuka diri untuk menerima masukan dan ide-ide kritis dari pelaku usaha, komunitas, akademisi, media, maupun masyarakat secara umum,” ujar Mia.

Adaptasi, Kreasi, dan Inovasi

Terpisah, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan kunci utama memenangkan persaingan dan bertahan dari krisis sebagai dampak revolusi 4.0 dan pandemi Covid-19 yakni adaptasi, kreasi, dan inovasi. "Mari, kita hadapi semua tantangan dengan positive thinking serta terus berinovasi. “Kita tak hanya mampu menangkap peluang, tapi juga menciptakan peluangan. Kita tak hanya ikut bersaing, tapi kita memenangkan persaingan,“ ujarnya.

Ida menyebut tantangan yang dihadapi industri dan ketenagakerjaan saat ini yaitu pandemi Covid-19. Dampak yang ditimbulkan wabah ini seperti tutupnya sejumlah industri, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), dan merumahkan buruh. Pertumbuhan ekonomi global dan nasional juga diprediksi turun.

Selain menjadi tantangan, revolusi industri 4.0 dan pandemi Covid-19 menciptakan peluang usaha, dan jenis pekerjaan baru. Misalnya, industri dan pekerjaan yang mendukung implementasi new normal seperti sektor kesehatan, ekspedisi, dan jenis usaha yang mendukung protokol kesehatan berpotensi makin berkembang. Sementara sektor industri lain akan berlaku sebaliknya seperti pariwisata, transportasi, hiburan, dan manufaktur.

Revolusi industri 4.0 juga mengubah karakter industri. Jika sebelumnya industri berjalan secara konvensional, bertumpu pada modal dan eksplorasi SDA, perlahan semakin tergeser menjadi industri modern berbasis inovasi dan kolaborasi. Ida juga menyoroti penggunaan teknologi dan big data pada saat ini telah berdampak pada disrupsi ekonomi dimana banyak jenis usaha dan pekerjaan yang tidak berkembang dan hilang.

"Industri padat karya mudah digantikan mesin dan beberapa skill akan digantikan oleh kecerdasan buatan. Namun banyak jenis usaha dan pekerjaan baru muncul, terutama industri yang berbasis pada IT dan big data," katanya.

Tags:

Berita Terkait