Insentif Kemudahan Berusaha RUU Cipta Kerja Ancam Pembangunan Berkelanjutan
Utama

Insentif Kemudahan Berusaha RUU Cipta Kerja Ancam Pembangunan Berkelanjutan

Omnibus law Cipta Kerja hanya melanggengkan Natural Resource Curse Hypothesis di Indonesia.

Oleh:
Moch. Dani Pratama Huzaini
Bacaan 2 Menit

“Kami melihat terdapat pasal-pasal yang justru melemahkan orientasi pembangunan berkelanjutan,” ungkap Sthepanie.

United Nations Confrence on Trade and Development (UNCTAD) menjelaskan mengenai munculnya generasi kebijakan investasi baru yang menempatkan pembangunan berkelanjutan sebagai elemen yang dapat meningkatkan daya tarik investasi dan dijajikan sebagai dasar untuk mendapatkan keuntungan dari investasi. (Baca Juga: Menyoal Good Legislation Making dalam Penyusunan Omnibus Law Cipta Kerja)

Secara umum, investasi new generation memiliki karakter antara lain adanya upaya untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui investasi yang bertanggung jawab (responsible investment), dengan menempatkan target-target sosial dan lingkungan hidup sejajar dengan target pertumbuhan ekonomi.

Menguatnya Kesadaran

Menguatnya kesadaran negara-negara akan pentingnya investasi yang memperhatikan pembangunan berkelanjutan juga diungkap oleh IOJI. Dalam policy brief nya IOJI menyebutkan contoh negara-negara dengan perekonomian besar yang mulai beralih pada konsep investasi new generation ini.

Amerika Serikat sebagai investor terbesar dunia, memiliki global sustainable assets sebesar $11.9 triliun, dimana 25%-nya merupakan sustainable investing. Survey dari Schroders menunjukkan bahwa lebih dari 60% penduduk Amerika sepakat bahwa investasi harus mempertimbangkan faktor keberlanjutan. Meningkatnya ketertarikan dunia terhadap ESG (environmental, social and governance) investing mendesak perusahaan-perusahaan untuk benar-benar memperhatikan faktor-faktor ESG investing.

Studi terbaru dari Bank of America menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang serius memperhatikan faktor ESG investing memiliki performa yang lebih baik secara finansial. Terlebih lagi pada tahun 2020, seiring terjadinya pandemi global, menurunnya pasar saham disertai dengan meningkatnya kesadaran akan kerusakan lingkungan, mendorong ESG investing untuk lebih diarusutamakan lagi.

Dilihat dari tujuannya, ESG investing merupakan salah satu penerjemahan dari konsep investasi new generation yang telah dijelaskan di atas. Investasi yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan juga mulai menjadi perhatian Uni Eropa. Pemulihan ekonomi yang cepat dari pandemi jelas merupakan masalah yang paling mendesak saat ini.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait