Ira A. Eddymurthy: Lawyer Korporasi yang Terinspirasi Semangat R.A Kartini
Srikandi Hukum 2018

Ira A. Eddymurthy: Lawyer Korporasi yang Terinspirasi Semangat R.A Kartini

​​​​​​​Sempat ingin menjadi wartawan setelah lulus SMA, tapi Ira Andamara Eddymurthy lebih memilih profesi lawyer pada akhirnya. Ira menganggap semua hambatan adalah tantangan.

Oleh:
M Agus Yozami
Bacaan 2 Menit

 

“Di tahun pertama kalau tidak salah itu kurang dari sepuluh klien. Saat itu kita tidak bisa menarik klien kita sebelumnya di MKK, harus mencari lagi klien baru. Mungkin ada satu atau dua klien Mba Dyah Soewito dari perusahaan pelayaran yang ikut dan itu sangat membantu sekali,” ujarnya.

 

Memasuki tahun 2006, SSEK mulai stabil. Hal itu lebih dikarenakan competitor yang ada sangat sedikit dibanding saat ini. “Dulu itu law firm asing kan hanya ada satu atau dua, tapi kalau sekarang banyak, banyak yang berafiliasi dengan law firm lokal,” ujar Ira.

 

Istilah pelanggan adalah raja tentunya berlaku bagi semua kantor hukum, di mana mereka akan bekerja maksimal untuk memuaskan para klien. Apalagi, salah satu pendapatan kantor hukum ‘didapat’ oleh seberapa banyak klien yang mereka miliki. Setiap klien memang berbeda-beda mengingat mereka berasal dari budaya yang berbeda pula. Satu hal yang perlu dicatat, saat ini investor yang datang ke Indonesia lebih banyak berasal dari kawasan Asia Pasifik, bukan dari Amerika atau Inggris.

 

Ira menceritakan bagaimana menghadapi klien dengan karakter yang berbeda tentu menjadi tantangan tersendiri bagi SSEK. Klien yang berasal dari Jepang, misalnya. Mereka perlu kepercayaan kepada para lawyer-nya. Dalam posisi ini, kata Ira, kita harus bisa membuat klien dari Jepang itu percaya terhadap kualitas jasa hukum kita.

 

“Semua klien itu berbeda-beda, baik dia orang India, Thailand atau Korea. Bahkan kalau klien dari Korea, mereka itu telepon kita dalam sehari bisa 20 kali hanya untuk menanyakan hal yang sama,” kata Ira.

 

Klien yang paling ‘merepotkan’ di mata Ira adalah yang berasal dari Cina karena mereka jarang yang bisa berbahasa Inggris. Terkadang klien dari Cina perlu memakai translator untuk berdiskusi dengan lawyer-nya. Untuk menghadapi ini, Ira sempat berpikir pentingnya merekrut lawyer yang bisa berbahasa Cina karena hal ini berkaitan dengan trust (kepercayaan) klien. 

 

“Kita harus sabar dalam hal ini karena klien adalah raja, kita harus tetap menghargai di atas segalanya karena mereka yang memberikan revenue kepada kantor ini,” ujar Ira.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait