Jejak Buyung Dalam Sejarah Law Firm dan LSM
Utama

Jejak Buyung Dalam Sejarah Law Firm dan LSM

ABNA yang didirikan Buyung yang banyak melahirkan law firm-law firm generasi 1980-an.

Oleh:
FAT
Bacaan 2 Menit
Suasana duka di kediaman Adnan Buyung Nasution, Rabu (23/9). Foto: RES
Suasana duka di kediaman Adnan Buyung Nasution, Rabu (23/9). Foto: RES

Dunia hukum Indonesia berkabung. Advokat senior, Adnan Buyung Nasution wafat setelah berhari-hari menjalani perawatan di Rumah Sakit Pondok Indah, Rabu lalu (23/9). Kepergian Buyung menyisakan duka yang mendalam tidak hanya bagi kerabat dan para koleganya, tetapi juga masyarakat Indonesia, khususnya di dunia hukum.

Lahir sekira 81 tahun silam, kiprah almarhum Buyung dalam perkembangan hukum nasional memang tak terbantahkan. Banyak sumbangsih fenomenal yang telah diberikan pria yang khas dengan rambut peraknya itu. Dalam sejarah perkembangan law firm, misalnya, Buyung menjadi salah satu pemrakarsa lahirnya law firm modern.

Dalam tulisan Ahmad Fikri Assegaf dalam Jurnal Hukum dan Pasar Modal volume VII/Edisi 10 Juli - Desember 2015 yang diterbitkan oleh Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), Adnan Buyung Nasution and Associates (ABNA) yang didirikan Buyung tercatat sebagai law firm modern generasi awal yang kemudian menjadi ‘rahim’ atas lahirnya law firm-law firm generasi berikutnya di era 1980-an.

Law firm-law firm tersebut antara lain Lubis Ganie Surowidjojo (LGS) yang lahir tahun 1985,Hadiputranto Hadinoto & Partners (HHP) pada 1989,Makarim & Taira (M&T) pada 1980,Lubis Santosa Maulana (LSM) pada 1986,dan Kusnandar & Co (KC) pada 1980.

Tidak hanya dalam sejarah law firm, ‘jejak’ sumbangsih Buyung juga terserah dalam sejarah perkembangan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Yang fenomenal tentu saja Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang menjadi tonggak perlindungan hak asasi manusia (HAM), khususnya bagi masyarakat miskin yang mencari keadilan.

Dari YLBHI, Buyung mencetak figur-figur yang kemudian menjadi ‘motor’ pendiri sejumlah LSM, khususnya yang bergerak di bidang HAM. Sebut saja Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam). Berdirinya Elsam pada 14 Agustus 1993, salah satunya diprakarsai oleh Abdul Hakim Garuda Nusantarayang saat itu menjabat Direktur YLBHI.

Murid Buyung berikutnya adalah Munir Said Thalib. Aktivis HAM yang akrab disapa Cak Munir ini adalah salah satu pendiri Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Sebelum mendirikan Kontraspada tahun 1998, Munir malang melintang di organisasi LBH Semarang dan LBH Surabaya, dan juga sempat bermukim di YLBHI.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait