Begitu lulus dari fakultas hukum, mungkin banyak yang masih bingung dan belum bisa memutuskan bidang apa yang diminati. Akhirnya, memilih karier generalis terlebih dahulu untuk mengenali bidang-bidang karier hukum secara umum, baru kemudian menentukan bidang mana yang akan diseriusi. Namun ada juga tipe mahasiswa hukum yang sejak sebelum kelulusan sudah mantap dengan bidang yang ingin mereka geluti.
Ada baiknya memang jika sudah bisa mengenal passion diri sejak awal, namun menjadi generalis di awal juga tak ada salahnya. Pada akhirnya tetaplah pengalaman yang menentukan jam terbang seseorang menangani bidang tertentu. Jika ingin berkarier sebagai in house counsel, haruskah lulusan hukum menguasai betul segala aspek hukum yang bersinggungan dengan bisnis perusahaan tempat Ia bekerja? Atau justru sebetulnya in house tak hanya terkait dengan hukum seputar industri yang dijalankan perusahaannya saja, tapi mencakup juga berbagai persoalan hukum lain?
Pada hari kedua Hukumonline Boothcamp, Sabtu (4/6), In house dengan sepak terjang pengalaman yang tinggi membagikan pengalamannya dalam meniti karier, seperti Erlangga Gaffar (Deputy Director Legal PT Kideco Jaya Agung), M. Salman Al Faris (Corporate Legal Manager PT Kideco Jaya Agung), Saradesy Sumardi (Chief Legal Counsel L’Oreal Indonesia), Dian Rizky Amelia Bakara (Senior Manager Legal & Corporate SOHO Global Health) dan Nur Mustika Ningtyas (Head of Legal Compliance, Serba Mulia Group).
Baca:
- Tips dan Trik Bekerja di Kantor Hukum untuk Fresh Graduate
- Mau Jadi Pengacara Litigasi dan Non Litigasi Andal? Simak Tips Berikut Ini
Dian Rizky Bakara, Senior Manager of legal and corporate secretary di SOHO Global Health mengibaratkan pekerjaan in house counsel seperti warung dan pemiliknya. In house lah yang menjaga perusahaan dari segala sisi dan perannya menyatu dengan internal perusahaan. In house ibaratnya strategic business partner yang bisa menghidupi dan melindungi bisnis perusahaan dan mengetahui sisi legal apa saja yang bersentuhan dengan bisnis perusahaan. Jika perusahaan hendak mengeluarkan produk baru, in house-lah garda terdepan yang mempersiapkan segala hal yang harus dijaga dari sisi hukum sebelum produk itu launching.
“Itu bedanya in house dengan lawyer. Anggaplah seperti warung dan pemiliknya, kita yang menjaga company kita dari segala sisi,” ungkapnya.
Sempat berkarier sebagai lawyer, Dian kini menetapkan kariernya sebagai In house. Kelebihan bekerja di perusahaan, katanya, waktu atau jam kerja lebih fix dan pasti, ketimbang menjadi lawyer yang jam kerjanya menyesuaikan dengan kebutuhan klien. Jam kerja yang fix membuatnya lebih bisa berbagi waktu dengan anak-anak dan keluarganya.