Kisah Mochtar Kusumaatmadja, Sempat Angkat Senjata Hingga Pendiri Kantor Hukum
Utama

Kisah Mochtar Kusumaatmadja, Sempat Angkat Senjata Hingga Pendiri Kantor Hukum

Seperti mukjizat, hanya melalui diplomasi Indonesia berhasil memiliki wilayah laut yang luasnya 2 kali luas daratan Indonesia tanpa perang.

Oleh:
Ady Thea DA
Bacaan 4 Menit
Sarwono Kusumaatmadja saat diskusi bertajuk 'Prof Mochtar Kusumaatmadja: Akademisi, Birokrat, Diplomat, dan Romantika Sebagai Pribadi', Rabu (8/6/2022). Foto: ADY
Sarwono Kusumaatmadja saat diskusi bertajuk 'Prof Mochtar Kusumaatmadja: Akademisi, Birokrat, Diplomat, dan Romantika Sebagai Pribadi', Rabu (8/6/2022). Foto: ADY

Ada beberapa tokoh hukum Indonesia yang diakui tak hanya di dalam, tapi juga di luar negeri. Salah satunya, Prof Mochtar Kusumaatmadja, tokoh hukum yang mencetuskan gagasan negara kepulauan (archipelagic state). Gagasan itu dideklarasikan melalui Deklarasi Djuanda Tahun 1957 dan berhasil diakui PBB melalui Convention of The Law of The Sea (UNCLOS) atau Konvensi Tentang Hukum Laut tahun 1982.

Adik kandung Prof Mochtar Kusumaatmadja yang sempat menjabat sebagai Menteri Lingkungan Hidup periode 1993-1998, Sarwono Kusumaatmadja, mengisahkan Prof Mochtar dibesarkan di lingkungan keluarga yang terpelajar. Dia anak pertama dari pasangan Mohammad Taslim dan Sulmini. Ayahnya bekerja sebagai asisten apoteker dan ibunya lulusan sekolah guru dan mengantongi sertifikasi mengajar sekolah dasar pada masa pemerintahan Hindia Belanda.

Ia menceritakan kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda yang diskriminatif tidak menyurutkan keinginan orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik terhadap Mochtar. Pada usia 6 tahun Mochtar berhasil masuk Sekolah Dasar Eropa (ELS) yang sebenarnya dikhususkan untuk orang Eropa.

Baca Juga:

Setelah pecah Perang Dunia Kedua, keluarga Mochtar pindah dari Jakarta ke Bandung tahun 1943. Kemudian pindah lagi ke Tasikmalaya, terakhir ke Palimanan Cirebon. Sarwono yang ketika itu baru lahir tinggal di Cirebon bersama ibunya. Ketika perang kemerdekaaan berkecamuk, Mochtar pernah bergabung dengan batalion tentara pelajar dan ayahnya ikut Palang Merah Indonesia di Tasikmalaya.

Setelah agresi militer Belanda berhenti, Sarwono mengingat pertemuannya dengan Mochtar sekitar tahun 1948. “Dia datang bercelana pendek, berkaca mata, menggunakan sepatu boot dan membawa ransel,” kata Sarwono menceritakan kembali peristiwa itu dalam kegiatan diskusi bertajuk “Prof Mochtar Kusumaatmadja: Akademisi, Birokrat, Diplomat, dan Romantika Sebagai Pribadi”, Rabu (8/6/2022).

Setelah perang kemerdekaan keluarga Mochtar kembali ke Jakarta. Tapi rumah mereka di gang Sentiong bilangan Kramat Jakarta Pusat diduduki oleh tentara KNIL. Tapi akhirnya keluarga bisa kembali menempati rumah itu setelah ibu Prof Mochtar melakukan negosiasi dan dengan bantuan markas besar militer di Jakarta.

Tags:

Berita Terkait