Kisah Pendiri LGS Law Firm, Bekerja Tanpa Bayaran di Tengah Krisis Ekonomi
Road To Top 100 Indonesian Law Firms 2022

Kisah Pendiri LGS Law Firm, Bekerja Tanpa Bayaran di Tengah Krisis Ekonomi

Proses penanganan perkara selama krisis moneter 1998 sekaligus menjadi titik tolak bagi LGS law firm untuk mengenal dunia bisnis lebih baik lagi.

Oleh:
Fitri Novia Heriani
Bacaan 3 Menit
Salah satu pendiri Lubis, Ganie, Surowidjojo Law Firm (LGS Law Firm) Arief Tarunakarya Surowidjojo.
Salah satu pendiri Lubis, Ganie, Surowidjojo Law Firm (LGS Law Firm) Arief Tarunakarya Surowidjojo.

Tak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Demikian pesan penting yang disampaikan oleh salah satu pendiri Lubis, Ganie, Surowidjojo Law Firm (LGS Law Firm) Arief Tarunakarya Surowidjojo. LGS merupakan salah satu kantor hukum modern yang berdiri pada tahun 1985 silam, dan masih tetap konsisten hingga saat ini. Namun di balik nama besarnya, Arief mengisahkan pahit manis perjalanan LGS melewati beberapa krisis moneter, terutama krisis moneter pada 1998.

Tahun 1998 bisa disebut sebagai sejarah gelap bagi perekonomian Indonesia. Ekonomi dalam negeri gonjang ganjing setelah dilanda krisis moneter multidimensi. Ribuan perusahaan mengalami kolaps, perbankan anjlok dan terjadi demonstrasi besar-besaran. Hampir seluruh sendiri perekonomian terdampak atas krisis inil, tak terkecuali kantor hukum. LGS Law Firm sudah berusia 13 tahun saat krisis moneter terjadi pada tahun 1998. Namun usia law firm yang baru beranjak ‘remaja’ kala itu harus menghadapi ‘badai’ besar.

Dalam sesi wawancara bersama Hukumonline beberapa waktu lalu, Arief mengatakan dirinya bersama dengan rekan-rekan dan associate berupaya untuk mengarungi krisis bersama-sama demi menjaga konsistensi. Sebagai law firm modern yang ‘mengurusi’ persoalan corporate, jatuhnya ekonomi Indonesia pada 1998 silam memberikan dampak langsung pada kantor hukum LGS.

Baca Juga:

Meski secara aktivitas LGS dibanjiri pekerjaan, namun tak ada yang tahu pengorbanan apa yang dilakukan para lawyer LGS untuk tetap bertahan. Singkatnya, bertahun-tahun Arief dkk bekerja tanpa bayaran dalam situasi krisis ekonomi.

“Kebetulan pada tahun 1998 itu saya diminta pemerintah untuk memimpin satu proses restrukturisasi perbankan sebagai lawyer di BPPN, saya melakukan sendiri karena pada tahun 1998 itu masih rahasia. Pada waktu itu karena banyak sekali bidang usaha menjadi tidak aktif karena terkonsentrasi banyak masalah krisis yang sifatnya multidimensi. Jadi banyak sekali berkurang bisnisnya. Pengorbanannya luar biasa karena beberapa tahun tidak ada pembayaran dan kita bekerja terus sampai ekonomi pulih,” cerita Arief.

Saat bekerja sebagai lawyer BPPN, Arief mengaku bekerja all out untuk membantu pemerintah sekaligus memperbaiki perusahaan-perusahaan yang saat itu sudah kolaps. Arief membantu pemerintah melakukan proses restrukturisasi perusahaan yang gagal mengembalikan dana BLBI hingga lima tahun ke depan. Sampai pada suatu waktu Arief meminta salah satu senior associate- Fikri Assegaf untuk bersama-sama menangani persoalan yang dihadapi BPPN.

Proses penanganan perkara selama krisis moneter 1998 ini sekaligus menjadi titik tolak bagi LGS untuk mengenal dunia bisnis lebih baik. Hal itu pula yang membuat LGS tetap eksis hingga saat ini, meski harus melewati beberapa kali krisis ekonomi dan cepat memulihkan diri. Karena LGS tidak semata-mata terkonsentrasi di bidang migas dan minyak bumi, tetapi melakukan percepatan pengembangan spesialisasi lawfirm seperti merambah ke industri keuangan, perbankan, pasar modal, investasi asing, infrastruktur, konstruksi.

“Nggak selamanya mulus, nggak selamanya kita selalu berhasil menangani masalah yang timbul dalam dunia bisnis. Pada tahun sebelum krisis moneter tahun 1998, itu berkali-kali terjadi krisis, jadi ada krisis minyak di mana harga minyak turun sekali. Dan saat itu sebagian besar lawfirm modern itu konsentrasinya memang di dunia investasi asing Eropa, Amerika yang bergerak di bidang minyak dan gas bumi. Nah kemudian pemerintah dan investor swasta pengen mengembangkan bisnis dan ekonomi ke yang baru, beralih ke industri, investasi asing dan tidak hanya oil dan gas,” tandasnya.

Tags:

Berita Terkait