M. Rifky Wicaksono, Dosen FH UGM Penggondol Master Hukum Oxford dan Harvard
Terbaru

M. Rifky Wicaksono, Dosen FH UGM Penggondol Master Hukum Oxford dan Harvard

Rifky berpesan kepada generasi muda untuk berani bermimpi dan tidak takut menghadapi kegagalan. Sebab, dari kegagalan justru bisa banyak belajar menjadi lebih baik.

Oleh:
Aida Mardatillah
Bacaan 4 Menit

Belajar dari kejadian tersebut, menjadikan Rifky berjuang dan bekerja lebih keras. Alhasil, ia bisa masuk FH UGM pada tahun 2010. Selama menjalani studi di FH UGM, ia berhasil menorehkan prestasi yang mengharumkan nama UGM dengan meraih penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi  FH UGM 2012.

Selain itu, bersama dengan tim mahasiswa FH UGM, ia berhasil menjadi juara nasional dan mewakili Indonesia pada lomba peradilan semu Phillip C Jessup International Law Moot Court Competition. Ia pun berhasil lulus dari FH UGM pada tahun 2014 dengan IPK yang nyaris sempurna yaitu 3,95.

Usai lulus ia diterima bekerja di firma hukum ternama yakni Assegaf Hamzah and Partners (AHP). Setelah bekerja selama satu tahun, Rifky memutuskan kembali mengabdikan diri di alamamater tercinta menjadi asisten dosen karena ia ingin berkontribusi mendidik generasi masa depan FH UGM yang cemerlang dan berintegritas. Lalu di 2016, ia mencoba peruntungan mengikuti seleksi beasiswa Jardine Foundation yang berhasil mengahantarkannya menamatkan studi S2 di Oxford pada 2017.

Selepas lulus dari Oxford, ia menjadi dosen tetap di FH UGM dan pada 2020 memutuskan untuk kembali memperdalam ilmu dengan mendaftar S2 ke Harvard. Jalan menembus Harvard tidaklah mudah melalui jalur beasiswa, terlebih bagi yang pernah S2. Umumnya bantuan beasiswa hanya diberikan bagi mereka yang belum pernah mengambil studi S2. Namun kondisi tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk terus berusaha.

Hasil tak pernah mengkhianati usaha. Belajar dari kegagalannyanya dulu, ia dengan gigih mengejar mimpinya. Akhirnya, ia pun berhasil memperoleh beasiswa pendidikan dari Harvard. “Akhirnya saya bisa kuliah dan lulus dari Harvard, tapi belum pernah menginjakkan kaki disana. Gelarnya dari Harvard, tetapi kuliah dari rumah di Maguwoharjo Sleman,” tuturnya sambil tertawa.

Situasi saat itu dunia dihadapkan dengan pandemi Covdi-19. Kondisi tersebut memaksa sebagian besar kampus di dunia menutup kuliah tatap muka dan diganti secara daring, termasuk Harvard.

Suami dr. Intan Aisha Humairah Rizquha dan ayah dari M. Rashid Salahuddin Wicaksono ini mengaku ada tantangan tersendiri melakukan perkuliahan secara daring. Hal terberat yang dirasakannya adalah adanya perbedaan waktu yang cukup besar antara Indonesia dengan Amerika sekitar 11-12 jam. Karena itu, mau tidak mau ia harus menyesuaikan diri mengikuti waktu perkuliahan di Amerika.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait