Membangun Pengembangan UMKM dan Pariwisata Melalui Branding Citra Jakarta
Terbaru

Membangun Pengembangan UMKM dan Pariwisata Melalui Branding Citra Jakarta

City Branding bukan sekedar slogan dan logo, tetapi juga peningkatan daya saing dan nilai tambah daerah melalui pengembangan ekosistem pariwisata, ekosistem bisnis dan penataan citra/wajah kota dan rangkaian kegiatan aktivitas yang inovatif dan kolaboratif.

Oleh:
Aida Mardatillah
Bacaan 3 Menit
Chief Strategy Officer Citiasia Hari Kusdaryanto dalam dalam Multi-Stakeholder Dialogue ke-12 dengan topik 'Mendorong UMKM melalui Pengembangan Citra Jakarta' secara daring, Selasa (24/5/2022). Foto: AID
Chief Strategy Officer Citiasia Hari Kusdaryanto dalam dalam Multi-Stakeholder Dialogue ke-12 dengan topik 'Mendorong UMKM melalui Pengembangan Citra Jakarta' secara daring, Selasa (24/5/2022). Foto: AID

Sebuah kota harus memiliki strategis promosi unruk dapat menarik investor, pebisnis, wisatawan, sehingga diperlukan branding city, seperti Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia saat ini. Identitas kota perlu dibangun melalui aset dan potensi daerah yang merupakan ciri khas yang berbeda dari kota-kota lainnya di dunia. Citra kota yang positif merupakan sebuah daya Tarik bagi investor ataupun wisatawan hingga meningkatkan UMKM yang pada akhirnya sebuah kota dapat diperhitungkan untuk memenangkan persaingan global. Lalu bagaimana mengembangkan dan membangun Citra sebuah kota, khususnya Jakarta?

Chief Strategy Officer Citiasia, Hari Kusdaryanto mengatakan perlu mem-branding sebuah kota di era digital yang semakin terbuku, kompetisi semakin ketat, berbagai negara dan daerah berlomba untuk menjadi tujuan baik pariwissata, pemukiman, pasar, bisnis dan investasi, SDM. Adapun pola perilaku masyarakat di era digital, dulu menggunakan metode AIDA Aware, Interst, Desire, Action), saat ini AISAS (Attention, Interest, Search, Action, Share).

“City Branding bukan sekedar slogan dan logo, tetapi juga peningkatan daya saing dan nilai tambah daerah melalui pengembangan ekosistem pariwisata, ekosistem bisnis dan penataan citra/wajah kota dan rangkaian kegiatan aktivitas yang inovatif dan kolaboratif,” kata Hari Kusdaryanto dalam Multi-Stakeholder Dialogue ke-12 dengan topik “Mendorong UMKM melalui Pengembangan Citra Jakarta” secara daring, Selasa (24/5/2022).

Baca Juga:

Hari memaparkan sejumlah alasan untuk melakukan City Branding, agar dikenal luas dengan persepsi yang baik, kanal untuk berbagi visi dan aspirasi, menggambarkan potensi yang dimiliki, menunjukkan positioning ekonomi, menghilangkan stereotipe, memberi konteks untuk promosi daerah. Sebagai contoh Amsterdam, yang saat ini memiliki branding yang baru, sehingga pariwisata dan bisnis menaik, yang dahulu stereotipenya sex and drugs, tetapi saat ini brandingnya sudah berbeda.

Ia mengatakan setiap daerah akan berbeda-beda memiliki konteks yang berbeda untuk menjadi smart city. Sebab, culture-nya, infrastructure, superstructure berbeda di setiap daerah. Untuk membangun dan memasarkan ekonomi pariwisata, kata dia, perlu membangun dan mengembangkan destinasi dan atraksi wisata yang layak bagi wisatawan; membangun amenitas (fasilitas) yang mendukung kenyamanan wisatawan. Misalnya akses jalan dan transportasi umum menuju distinasi, akomodasi, toilet, restoran, tempat parkir, pusat informasi wisata. Lalu, lanjutnya, membangun budaya hospitalities oleh warga termasuk keramahtamahan, partisipasi aktif, kemampuan berbahasa asing, literasi digital, ketersediaan tour-guide dan lain-lain.

Untuk membangun dan memasarkan ekosistem bisnis (business branding), Hari menjelaskan membangun platform dan memasarkan komoditas perdagangan unggulan yang kondusif dan nyaman, misalnya e-commerce daerah, marketplace, pasar modern, membangun dan memasarkan ekosistem investasi (kebijakan, insentif, sarpras dan inovasi) yang mudah dan efektif, misalnya gerai investasi, Mal Pelayanan Publik, Dashboard, dan Portal Investasi Daerah. Kemudian, membangun dan memasarkan produk dan jasa industri kreatif daerah misalnya kuliner, kriya, fashion, digital dan lain-lain.

Adapun membangun dan memasarkan Citra/Wajah Kota (City Appearance), kata dia, dengan penataan kota yang menonjolkan nilai arsitektur yang mencerminkan nilai-nilai lokal, tetapi mengikuti dinamika modernisasi dengan mempertimbangkan aspek aksesibilitas, kelengkapan, kualitas, kemudahan, dan kenyamanan,

Tantangan dalam Implementasi Smart City Branding, kata Hari, komitmen bersama, perencanaan dan implementasi visi, strategis, aksi, literasi, derajat kolaborasi antar OPD, AKAP, kementerian lembaga dengan stakeholders non pemerintah. “Tantangan umum ubran cities, akses permodalan, management, literasi digital, networking, SDM.”

Tags:

Berita Terkait