Menaker Beberkan 3 Bekal Penting Hadapi Era Disrupsi
Terbaru

Menaker Beberkan 3 Bekal Penting Hadapi Era Disrupsi

Meliputi skill atau kompetensi; penguasaan bahasa asing; dan jaringan atau networking yang kuat.

Oleh:
Ady Thea DA
Bacaan 2 Menit
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah. Foto: Istimewa
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah. Foto: Istimewa

Revolusi industri 4.0 berdampak terhadap perkembangan teknologi dan ekonomi termasuk bidang ketenagakerjaan di dalamnya. Di bidang ketenagakerjaan, digitalisasi yang semakin berkembang di era industri 4.0 menghilangkan sebagian pekerjaan yang biasanya dilakukan manusia, tapi melahirkan kesempatan kerja baru.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah, mengatakan setidaknya ada 3 bekal penting untuk menghadapi era disrupsi. Pertama, membekali diri dengan skill atau kompetensi. "Siapa yang memiliki skill dan penguasaan teknologi dan komunikasi, dia akan dapat menangkap peluang baru. Jadi, apa yang hari ini relevan, beberapa tahun ke depan bisa tidak relevan. Maka, belajarlah tentang banyak hal, dan tingkatkan terus kompetensi diri," kata Menaker Ida Fauziyah dalam keterangan tertulis, Minggu (29/5/2022).

Kedua, Ida menekankan pentingnya menguasai bahasa asing, seperti Inggris, Arab, dan Mandarin. Bahasa Inggris penting untuk pergaulan global, bahasa Arab untuk pergaulan dan literatur agama. Bahasa mandarin sekarang juga penting karena ke depan China menjadi kekuatan ekonomi global yang dominan menguasai dunia.

Baca Juga:

Ida melihat banyak yang memiliki skill atau kompetensi, tapi tidak bisa berinteraksi secara global karena tidak menguasai bahasa asing. "Kenapa bahasa asing penting? Karena dengan menguasai bahasa asing, kita bisa belajar lebih banyak hal tentang perkembangan mutakhir global," ujarnya.

Ketiga, jaringan atau networking. Menurut Ida, dengan memperluas pergaulan akan memiliki networking atau jaringan pertemanan yang kuat.

Sebelumnya, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor Leste, Michiko Miyamoto, mengatakan ILO sebagai badan PBB yang membidangi isu perburuhan telah melakukan studi pada periode 2017-2020 tentang kurangnya keterampilan, strategi pengembangan keterampilan, dan tata kelola migrasi internasional tenaga kerja spesialis di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK). Studi itu dilakukan terhadap 7 negara meliputi Kanada, Cina, Jerman, India, Indonesia, Singapura, dan Thailand.

Dari studi itu Michiko menjelaskan bidang teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) tumbuh dan berkembang sangat cepat termasuk di Indonesia. Tercatat ada 202 juta pengguna internet di Indonesia yang berkontribusi sebanyak 70 miliar dollar AS pada tahun 2021. Bahkan mengutip data Kadin, nilai ekonomi digital di Indonesia bisa mencapai 146 miliar dollar AS pada tahun 2025.

Michiko juga mencatat Indonesia memiliki lebih dari 2.300 usaha rintisan atau start up dan 12 diantaranya berstatus unicorn atau memiliki nilai valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS. Untuk permintaan pasar ini, diperkirakan Indonesia butuh 9 juta talenta di bidang digital pada 2030.

“Yang akan berkontribusi sekitar Rp4.400 triliun bagi PDB Indonesia atau 16 persen PDB pada tahun 2030,” kata Michoko dalam pidato pembukaan kegiatan diskusi yang digelar ILO Jakarta bertema “Kurangnya Tenaga TIK Terampil di Indonesia: Apakah Kita Masih Kompetitif?” Kamis (19/5/2022) lalu.

Tags:

Berita Terkait