Mendesak, Pengaturan Bankir Asing di Perbankan Nasional
Berita

Mendesak, Pengaturan Bankir Asing di Perbankan Nasional

BI harus segera membatasi bankir-bankir asing di perbankan nasional yang saat ini mulai menggusur bankir-bankir lokal. Persoalannya tak lagi kompetensi, tapi lebih ke soal kepercayaan.

Oleh:
Lut
Bacaan 2 Menit

 

Banyak yang  Tergusur

Langkah cepat BI ini memang cukup beralasan. Apalagi, jika merujuk hasil kajin Biro Riset InfoBank ternyata tidak hanya posisi direktur utama saja yang didominasi oleh eksekutif asing, tetapi juga posisi direksi dan komisaris. Menurut data yang sama, saat ini ada 23 orang yang menduduki posisi direksi dan 37 menduduki posisi komisaris.

 

Jumlah ini akan terus bertambah jika menghitung ekspatriat 2 atau 3 level di bawah direksi. Mereka umumnya datang sebagai konsultan, tetapi diberi kewenangan memutus. Bankir lokal hanya melaksanakan administrasinya.

 

Penggusuran bankir-bankir lokal oleh bankir-bankir asing merupakan cerita lanjutan dari pengambilalihan bank-bank swasta oleh asing. Menurut data yang sama, saat ini sudah ada 13 bank swasta yang dibeli oleh asing dan menurut keterangan BI akan ada investor asing yang akan membeli bank-bank swasta yang ukurannya lebih kecil.

 

Kepemilikan asing ini membawa konsekuensi perubahan pasar yang kini sudah mencapai 48,51 persen dari sisi aset, sementara bank-bank BUMN mencapai 27,45 persen. Empat tahun lalu, kepemilikan asing menguasai pasar aset perbankan tidak lebih dari 11 persen.

Masih menurut data yang sama, Singapura merupakan yang paling banyak mengoleksi bank swasta Indonesia, yakni Bank Danamon, BII, Bank NISP, dan Bank Buana. Tidak termasuk bank campuran, seperti Development Bank of Singapore (DBS) Indonesia, Overseas Chinese Banking Corporation (OCBC) Indonesia, dan United Overseas Bank (UOB) Indonesia. Totalnya tujuh bank.

 

Urutan kedua diduduki negeri jiran Malaysia yang memiliki saham di Bank Bumiputera, Bank Niaga, dan Bank Lippo. Dua bank yang disebut belakangan merupakan afiliasi Khazanah Nasional Berhard. Dari rincian itu diketahui bahwa sebenarnya pemilik bank di Indonesia, yakni Singapura dan Malaysia, hanyalah segelintir perusahaan.

 

Direktur Biro Riset InfoBank Eko B Supriyanto mengatakan, saat ini bankir-bankir asing mulai menggeser posisi bankir lokal. Tidak peduli apakah sang bankir lokal sukses atau gagal, mereka sama-sama ‘ditendang'. Persoalannya tak lagi kompetensi, tetapi lebih ke soal kepercayaan.

Halaman Selanjutnya:
Tags: