Menelusuri Beragam Tradisi Puasa dan Belajar Beradaptasi di Kondisi New Normal Ala Rinita Daniati
#HangingOutWithHukumonline

Menelusuri Beragam Tradisi Puasa dan Belajar Beradaptasi di Kondisi New Normal Ala Rinita Daniati

Telah belajar berbagai tradisi puasa di beberapa negara, Rinita selalu beradaptasi di setiap tempat yang berbeda, ditambah dengan adanya kondisi pandemi Covid-19 yang cukup menantang.

Oleh:
Tim Hukumonline
Bacaan 3 Menit
Foto: #HangingOutWihHukumonline: Rinita Daniati, Head of Legal South East Asia & ANZ Merck Group
Foto: #HangingOutWihHukumonline: Rinita Daniati, Head of Legal South East Asia & ANZ Merck Group

Rinita Daniati, salah satu In-House Counsel yang telah menggeluti bidang hukum selama lebih dari 17 (tujuh belas) tahun ini memiliki pengalaman menarik saat melaksanakan ibadah puasa. Pasalnya, Head of Legal yang saat ini berdomisili di Singapura, bertanggungjawab untuk menaungi wilayah Asia Tenggara dan New Zealand.

Walaupun berada di negara yang berbeda, saat ini tempat ia bekerja sudah memberikan peraturan untuk melakukan Working from Office dimana para karyawannya di sarankan untuk bekerja dari kantor 2 (dua) kali dalam seminggu dengan kapasitas kantor tidak melebihi 75%. Tantangan ini berhasil dilakukan oleh Rinita dengan sepenuh hati mulai dari mengatur pekerjaan sesuai dengan timezone setiap negara, berada di lingkungan minoritas, hingga beradaptasi pada kebiasaan-kebiasaan sebelumnya.

Berbicara mengenai tantangan pekerjaan, dapat disyukuri bahwa Rinita memiliki rekan kerja yang supportif tidak hanya secara langsung maupun secara virtual. Selama bulan puasa, Rinita tetap berkewajiban untuk melakukan kordinasi melalui rapat secara daring dengan rekan kerjanya di berbagai negara. Syukurnya, rekan kerja Rinita selalu memahami kondisinya saat berpuasa sehingga mempersingkat waktu rapat dan membiarkan Rinita untuk tidak terlalu banyak berbicara. Hal lain diungkapkan oleh Rinita mengenai rekan kerjanya secara langsung “teman saya ada yang tertarik ikutan berpuasa dan bertanya-tanya apa makna berpuasa. Hingga akhirnya mereka mencoba, mereka berpendapat bahwa melakukan puasa tidak lah mudah dan sama seperti men-detox tubuh, ya” pungkasnya saat menceritakan kepada tim Hukumonline melalui Interview Zoom.

 

Adaptasi di Berbagai Situasi

Adanya pandemi selama dua tahun terakhir membuat kegiatan silaturahmi kian berkurang. Dulu, Rinita secara aktif bersilaturahmi dengan rekan sejawatnya melalui acara Buka Bersama atau bukber. Namun menurutnya selama pandemi, tradisi bukber digantikan oleh kiriman hampers sebagai bentuk silaturahmi. Saat ditanya oleh tim Hukumonline, Rinita mengaku merindukan suasana bulan puasa dimana dapat berkumpul tanpa menggunakan masker dan masakan sang Ibunda di Jakarta.

Selain merindukan masa sebelum pandemi dan Jakarta, Rinita diharuskan untuk beradaptasi saat melakukan ibadah puasa di Singapura. Hal ini ia siasati dengan melakukan pembagian tugas dengan keluarga kecilnya di bulan Ramadhan. Walaupun tanpa bantuan Asisten Rumah Tangga, Rinita dan keluarganya berhasil melalui hal tersebut dengan penuh berkah. Ia berpendapat bahwa keluarganya menjadi lebih dekat  karena harus berkoordinasi saat melakukan sahur. “Biasanya habis sahur, subuh, lalu tidur, tapi sekarang jadi lebih dekat juga karena setiap orang dirumah punya perannya masing-masing karena biasanya ada bantuan dari Mbak dirumah”, Katanya.

Hal ini juga berlaku saat berbuka puasa dirumah. Berbeda jika Rinita dan keluarganya memutuskan untuk berbuka dari luar, maka di hari tersebut ia dan keluarganya telah memiliki rencana untuk melakukan buka puasa diluar. Di Singapura sendiri dapat merasakan suasana puasa di area Little India, Haji Lane, Arab street, Lau Pa Sat dan Geylang. Menurutnya, warga Singapura juga sangat mentolerir umat muslim karena saat ia akan melakukan buka puasa diluar rumah, sang pemilik tempat makan akan menanyakan apakah untuk berbuka puasa, dan apabila iya maka tempat makan disana akan mendahului seseorang yang akan membatalkan puasanya. Selain itu, penayangan logo halal di beberapa tempat makan juga telah terakomodir dengan baik oleh pemerintah setempat. Sehingga ia tidak cukup merasakan kesulitan saat berpuasa.

Selain melaksanakan Ibadah puasa di Singapura, Rinita juga memiliki cerita menarik soal pengalaman Ibadah Puasanya di Jerman dan Australia. Dirinya sempat berada di Jerman sebagai Corporate Counsel untuk Merck Germany. Pengalaman tersebut menurutnya cukup melelahkan karena bulan puasa jatuh saat musim panas dan berlangsung selama kurang lebih dua belas jam dimana waktu berbuka disana ialah pukul Sembilan malam waktu setempat. Pengalaman yang cukup sama juga sempat ia rasakan di masa kecilnya saat berada di Australia bagian Utara.

Halaman Selanjutnya:
Tags: