Minimnya Keterlibatan Ilmuwan Sosial dalam Pengambilan Kebijakan Saat Pandemi
Terbaru

Minimnya Keterlibatan Ilmuwan Sosial dalam Pengambilan Kebijakan Saat Pandemi

Agak terpinggirkannya kelompok ilmuwan sosial dalam pengambilan kebijakan tentunya memberi dampak terhadap penanganan pandemi Covid-19 nasional.

Oleh:
CR-28
Bacaan 3 Menit

Tak sampai disitu, dalam satgas itu sendiri menghadirkan satu unit yang memberikan kontribusi khusus dalam ilmu sosial. Para ilmuwan sosial terhimpun dalam Unit Perubahan Perilaku. Meski tetap dilibatkan, jika dibandingkan dengan kuantitas secara keseluruhan, jumlah ilmuwan sosial masih dapat dihitung dengan jari.

Selain itu, pernah diadakan konsorsium riset dan inovasi untuk Covid-19 oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang telah mendanai riset 293 proposal berbagai universitas di Indonesia. Namun masih saja, ungkap Panji, hanya melibatkan sebagian kecil ilmuwan sosial. Fokus ilmu sosial diarahkan pada dukungan digitalisasi UMKM untuk mendukung pemulihan ekonomi.

"Hal yang tidak kalah menarik, munculnya para ilmuwan sosial kritis yang mengartikulasikan gagasan-gagasan dan kritik kebijakan terhadap penanganan pandemi. Mereka ini relatif tereksklusi dari kanal birokrasi formal. Biasanya memanfaatkan media sosial, webinar, interview, opini media untuk menyuarakan kritik mereka atas kebijakan pemerintah," bebernya.

Beberapa isu yang acap kali dijadikan objek kritik oleh para ilmuwan sosial kritis juga beragam. Diantaranya perihal kebijakan PSBB, lockdown, penggunaan vaksin, kapasitas sistem kesehatan, kondisi kritis rumah sakit dan tenaga kesehatan, juga penyelenggaraan Pilkada (pemilihan kepala daerah) Tahun 2020 yang tidak lepas dari pengamatan para ilmuwan sosial kritis itu.

"Nah, respon pemerintah dengan ilmuwan sosial kritis ini seringkali agak berbeda. Ketika pemerintah sudah merasa terbuka, berbasis pada sains, tapi adakala memandang masukan ilmuwan sosial tidak praktis dan sulit diimplementasikan dalam kebijakan. Tetapi dari kalangan ilmuwan sosial yang kritis sendiri masih menganggap pemerintah belum cukup responsif.”

Peneliti dari ARC UI itu mengingatkan pentingnya bagi ilmuwan untuk belajar dari pengalaman. Sebelumnya telah terdapat beberapa kritik terhadap kalangan ilmuwan sosial sendiri di masa pandemi yang dianggap tidak terorganisir, bersifat sporadik, dan tidak sistematik. Hal ini berdampak pada kontribusi yang mereka berikan tidak maksimal. Untuk itu, penting ke depannya kritik ini dijadikan pembelajaran bagi khalayak ilmuwan sosial Indonesia dalam merespon situasi krisis di masa mendatang.

“Ke depan, penting bagi ilmuwan sosial untuk melakukan reorientasi untuk mencoba lagi membuka area kajian yang relevan di masa krisis. Seperti kebencanaan misalnya resiliency, perilaku kolektif, komunikasi dalam situasi krisis, dan sebagainya. Bagi para pengambil kebijakan tentu penting melihat kembali basis-basis ilmu pengetahuan dalam pembuatan kebijakan," sarannya. 

Tags:

Berita Terkait