Otto Hasibuan: Kerja Sama dengan Hukumonline Sangat Relevan untuk Hadapi Tantangan Teknologi
Terbaru

Otto Hasibuan: Kerja Sama dengan Hukumonline Sangat Relevan untuk Hadapi Tantangan Teknologi

Ketua Umum DPN Peradi ini berharap melalui kerja sama yang terjalin antara DPN Peradi dengan Hukumonline bisa membawa Peradi melangkah one step ahead dibanding yang lain dan menjadi bermanfaat.

Oleh:
Ferinda K Fachri
Bacaan 3 Menit
Ketua Umum DPN Peradi Otto Hasibuan saat penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dengan Hukumonline terkait pendidikan hukum berkelanjutan di Sekretariat DPN Peradi Jakarta, Selasa (15/3/2022). Foto: RES
Ketua Umum DPN Peradi Otto Hasibuan saat penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dengan Hukumonline terkait pendidikan hukum berkelanjutan di Sekretariat DPN Peradi Jakarta, Selasa (15/3/2022). Foto: RES

Kerja sama Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Advokat Indonesia (DPN Peradi) dengan Hukumonline menorehkan sejarah panjang. “Hubungan istimewa” yang terjalin antara keduanya bahkan telah berlangsung sejak pertama kali ujian DPN Peradi digelar, dimana dalam pengumumannya Hukumonline selalu dilibatkan. Kerja sama yang ada terus meningkat dan berkembang hingga kini merambat pada lingkup pendidikan hukum berbasis teknologi.

“Saya juga tidak tahu sebenarnya nanti saat pandemi Covid-19 sudah selesai, apakah kita mempertahankan hidup di new normal atau kembali kepada normal yang dulu? Ini saya sampaikan waktu orasi ilmiah saya di IBLAM. Banyak orang menuntut supaya tidak lagi online kalau Covid-19-nya sudah selesai. Tapi di beberapa tempat, khususnya di beberapa negara, khususnya lagi di Amerika sekarang banyak menuntut seandainya Covid-19 sudah berhenti pun mereka ingin meneruskan kehidupan yang ada di new normal,” ujar Ketua Umum DPN Peradi Otto Hasibuan dalam pidatonya sesaat sebelum Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama dengan Hukumonline di Sekretariat DPN Peradi, Selasa (15/3/2022).

Berdasarkan penelitian yang dia lakukan, dijumpai fakta bahwa jauh sebelum pandemi terjadi sebetulnya telah terdapat mekanisme Pendidikan secara online yang diterapkan hampir 11 perguruan tinggi di Amerika. Hal tersebut membuktikan kuatnya pengaruh teknologi atas pola pikir dan paradigma orang-orang dalam menentukan kegiatan pendidikan.

“Kalau Covid-19 berhenti, belum tentu orang mau lagi kembali kepada yang dulu. Dalam kegiatan-kegiatan yang sosial mungkin iya, atau mungkin Indonesia lebih cenderung (gemar bersosialisasi, red) karena (masyarakat, red) kita tidak individualis. Kita suka bermasyarakat, bertemu, dan sebagainya. Tapi di beberapa negara belum tentu bisa seperti itu,” tuturnya.

Baca:

Alasan praktis dari tetap diberlakukannya mekanisme pendidikan pada keadaan new normal didasari oleh penghematan biaya (costs). Dirinya mencontohkan seperti membayar biaya naik bus, mobil, menyetrika baju, waktu dalam perjalanan ke kampus, hingga orientasi paperless. Bagi pihak kampus sendiri tidak kemudian memerlukan lahan besar untuk gedung fakultasnya. Cukup satu ruangan sudah dapat menjadi sebuah kampus. Sehingga pihak penyelenggara pendidikan tinggi cukup berfokus pada sistem yang dibangun.

Dia menyebut hal itu menjadi tantangan yang pasti akan terjadi. Sampai-sampai bisa saja bangunan kampus menjadi sebatas monumen, hanya gedung-gedung kosong tidak berpenghuni guna penghematan biaya. Sebab, segala bentuk penyelenggaraan pendidikan cukup dilakukan secara online dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Ini tantangan yang amat besar dalam dunia pendidikan.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait