Pentingnya Kolaborasi dengan Pemuda untuk Membangun Jakarta
Terbaru

Pentingnya Kolaborasi dengan Pemuda untuk Membangun Jakarta

Karena anak muda menjadi agen perubahan. Berperan menjadikan Jakarta kota yang ramah, disiplin dan toleran terhadap berbagai adat dan budaya.

Oleh:
Rofiq Hidayat
Bacaan 4 Menit

Hukumonline.com

Pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI) Asep Kambali.

Pendiri Youth Laboratory Indonesia, Muhammad Faisal mengatakan ada tren bonus demografi bagi Indonesia yang diprediksi berlangsung hingga 10 tahun ke depan. Bonus demografi yang dialami saat ini menjadi peristiwa langka bagi Indonesia. Namun, bonus demografi harus ditangani secara positif. Bila salah langkah penanganannya, malah bisa menjadi bencana.

Dia melihat anak muda memiliki gelora dan semangat bila tidak diarahkan dan diakomodir melalui kegiatan dan lapangan pekerjaan yang cukup dapat menimbulkan agitasi di tengah masyarakat. Sebagai pemangku kebijakan, publik perlu mengusulkan agar dibuat perencanaan budaya anak muda yang kreatif dan inovatif.

Terlebih, terdapat pola urbanisasi anak muda bergeser ke kota Jakarta. Karenanya, ke depan semua anak muda bakal mendiami dan beraktivitas di kota Jakarta. Itu sebabnya perlu rancangan besar dalam perencanaan pembangunan kota Jakarta yang ramah. “Tentunya keberagaman akan ada, dan ketimpangan juga ada. Namun harus diantisipasi dengan baik,” lanjutnya.

Menurutnya, sebagai kota yang multikultur yang dapat menampung keberagaman, Jakarta memiliki sejumlah tantangan. Seperti tantangan krisis air dunia dan lingkungan. Sebab masyarakat Jakarta dengan penduduk yang begitu padat menjadi penyumbang munculnya sampah yang sangat banyak. Namun begitu, lagi-lagi perlu peran dan kolaborasi dengan anak muda dalam mengatasi berbagai persoalan yang muncul.

“Peran pemuda bukan hanya menentukan titik masa depan Jakarta saja, tapi Indonesia ke depannya. Kemudian harus ada lagi integritas dan anak muda punya idealisme,” katanya.

Hukumonline.com

Pendiri Youth Laboratory Indonesia, Muhammad Faisal.

Sementara Founder of Waste Solution Hub, Ranitya Nurlita menyoroti pentingnya pemuda agar sadar lingkungan. Menurutnya, bonus demografi menjadikan anak-anak muda berkontribusi positif dalam mengatasi berbagai masalah di kota Jakarta dan Indonesia. Dia menilai persoalan Jakarta seperti banjir dan menurunnya kualitas air menjadi tantangan ke depan. Begitu pula dengan reklamasi di wilayah pesisir Jakarta. “Kita harus peduli terhadap lingkungan,” kata Ranitya.

Begitupula soal pengelolaann sampah di Jakarta. Menuruntya, bila dihitung berdasarkan volumen, Bantar Gebang sebagai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah melebihi kapasitas. Apalagi di masa pandemi, sampah masker menggunung sebanyak berton-ton. Masalahnya, Indonesia belum siap mengelola sampah masker yang menjadi limbah.

Hukumonline.com

Founder of Waste Solution Hub, Ranitya Nurlita.

Meski Jakarta telah progresif dengan sejumlah aturan dalam pengelolaan sampah, tapi TPA yang ada belum mampu menampung volume sampah yang dihasilkan. Tantangan lain soal buruknya kualitas udara sebelum pandemi. Namun di masa pandemi Covid-19, kualitas udara Jakarta mengalami perbaikan akibat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan PPKM. “Pada akhirnya perlu kesadaran anak muda terhadap lingkungan,” tegasnya.

Tags:

Berita Terkait