Penulisan Jurnal Ilmiah untuk Tugas Akhir Menjadikan Sistem Lebih Efisien
Law School Stories

Penulisan Jurnal Ilmiah untuk Tugas Akhir Menjadikan Sistem Lebih Efisien

Meski begitu, tetap dilakukan pengajuan proposal riset dan pengujian lisan atas jurnal ilmiah yang dihasilkan. Dalam penulisannya, mahasiswa wajib mengikuti tema besar yang telah ditentukan oleh dosen pembimbing.

Oleh:
Willa Wahyuni
Bacaan 3 Menit

Ia menuturkan mengapa mengubah skripsi sebagai tugas akhir menjadi jurnal ilmiah, tidak lain karena skripsi mahasiswa hukum memiliki 100 halaman, dan ia yakin bahwa dosen pembimbing tidak membacanya apalagi satu dosen biasanya mengampu lebih dari 10 mahasiswa.

“Kira-kira dosen baca tidak seribu halaman skripsi dari sepuluh mahasiswanya? Saya yakin tidak baca, padahal kan harus di baca. Kemudian, di dalam skripsi pun terlalu banyak copy paste dan pengulangan yang tidak berguna. Penggunaan teori dan metode penelitian hanya disinggung di BAB awal, sisanya? Tidak ada, sehingga buat apa. Menurut saya ada kegagalan dalam memberi pengajaran penulisan ilmiah mahasiswa,” ungkapnya.

Setelah melihat fenomena tersebut, Freddy memutuskan untuk mengubah tugas akhir menjadi suatu hal yang penting dan yang dibutuhkan saat ini adalah jurnal ilmiah karena sudah pasti.

“Jadi saya bilang ubah saja, di dalam jurnal itu kami minta ide mahasiswa. Kalau skripsi lebih banyak kutip sana kutip sini sehingga pendapat mahasiswa menjadi tidak ada. Di paper kita hanya butuh 15 halaman dengan jurnal oriented, lebih bagus begitu dan nanti jurnalnya akan kita seleksi untuk dimasukkan ke dalam jurnal internasional,” terang Freddy.

Freddy mengungkapkan, dalam proses memberlakukan jurnal ilmiah untuk pengganti skripsi, hal pertama yang ia lakukan adalah merubah kurikulum. Dari mata kuliah yang banyak seluruhnya dipangkas menjadi 3 SKS per tiap mata kuliah karena mahasiswa tidak perlu dijejali begitu banyak mata kuliah.

Menurutnya, kehidupan pada saat ini telah banyak berubah. Seluruh informasi berubah begitu masif dan disruptif, seluruh lini kehidupan berubah dan pendidikan juga harus diubah. Freddy menegaskan, bahwa pendidikan saat ini tidak bisa dengan gaya konvensional lagi.

“Di FH Esa Unggul, pada semester satu hingga lima mahasiswa akan berkuliah di fakultas dengan semua SKS kita cut per mata kuliah itu 3 SKS. Jadi yang penting-penting saja. Dosennya juga kita arahkan untuk tidak mengajar dengan cara zaman dulu dan ilmu yang kusam, kita berikan apa yang dibutuhkan mahasiswa untuk dunia kerja. Sehingga sekarang knowledge dan smart itu bukan basic pendidikan tetapi itu harus sebagai pegangan,” tuturnya.

Lebih lanjut, Freddy mengungkapkan bahwa pemberlakukan penulisan jurnal ilmiah untuk tugas akhir ini menjadikan sistem yang lebih efisien baik bagi dosen maupun mahasiswa karena tidak perlu menulis beratus halaman tugas akhir.

Ia bersama civitas akademika FH Universitas Esa Unggul juga tidak membiarkan mahasiswa sendiri dalam pembuatan jurnal. Setiap dosen akan memberikan topik besar yang nantinya dijadikan penelitian bersama.

Output dari jurnal ilmiah yang ditulis mahasiswa pun akan diseleksi dan dibimbing untuk dimasukkan ke dalam jurnal fakultas, jurnal universitas, bahkan jurnal internasional.

Tags:

Berita Terkait