Pertumbuhan Ekonomi Positif, Perlu Waspadai Gelombang Inflasi
Terbaru

Pertumbuhan Ekonomi Positif, Perlu Waspadai Gelombang Inflasi

Antara lain dengan pengendalian harga komoditas pangan.

Oleh:
Rofiq Hidayat
Bacaan 3 Menit
Ilustrasi
Ilustrasi

Capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2022 secara year on year mengalami perkembangan positif. Setidaknya Indonesia mampu menorehkan capaian pertumbuhan ekonomi yang amat impresif mencapai angka 5,72 persen. Capaian tersebut perlu ditingkatkan di periode berikutnya di tengah gelombang inflasi dunia.

Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangannya, Rabu (9/11/2022). “Di tengah perekonomian dunia yang terkoneksi ke bawah, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja impresif selama tahun 2022 telah melebihi pertumbuhan sebelum pandemi atau 2019,” kata Airlangga Hartarto.

Head of Center of Macroekonomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Muhammad Rizal Taufikurahman berpandangan perekonomian Indonesia memang mengalami kondisi positif. Indonesia cukup percaya diri di tengah gelombang tsunami dunia. Namun begitu, Indonesia perlu mewaspadai perkembangan perekonomian global yang dapat berdampak terhadap perekonomian dalam negeri.

Apalagi dengan gelombang inflasi tsunami global, tak sedikit negara yang mengalami keterpurukan perekonomian. Malahan banyak pemimpin negara yang sudah angkat tangan. Sementara Indonesia, kata Rizal, harus percaya diri dan optimis dengan potensi dan kondisi faktual yang ada. Seperti potensi sumber daya alam, Indonesia menjadi negara yang diberikan anugerah yang luar biasa. “Anugrah harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat,” kata dia.

Lembaga tempatnya bernaung memprediksi di kuartal keempat tak lagi dapat lebih tinggi dari angka 5,3 persen. Tapi, kata Rizal, masih ada beberapa hal yang perlu pemerintah lakukan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Seperti belanja modal dan barang yang produktif. Kemudian penyesuaian secara moderat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Serta perlunya penguatan pasar domestik untuk berbagai produk yang memiliki daya saing di pasar global.

Tak kalah penting melakukan penyaluran bantuan sosial (Bansos) dan Perlindungan Sosial (Perlinsos) yang tepat sasaran. Namun bagi Rizal, Indonesia masih dapat merasakan windfall profit dari sejumlah komoditas yang tengah booming. Tapi syaratnya seluruh pengelolaan sumber daya alam yang melimpah, harus didorong ke industri hilir. “Mengapa industri hilir, karena akan menyelamatkan dalam memberikan kontribusi nilai tambah,” ujarnya.

Terpisah, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto mengungkapkan capaian ekonomi Indonesia patut disyukuri semua pihak. Sebab, pertumbuhan ekonomi di angka 5,72 persen menjadi hal yang menggembirakan di tengah kondisi ekonomi global yang bergejolak.

Tags:

Berita Terkait