Ramai-ramai Menolak Perundingan RCEP di Tengah Pandemi
Berita

Ramai-ramai Menolak Perundingan RCEP di Tengah Pandemi

Seharusnya pemerintah menggunakan momentum pandemi untuk melakukan penilaian (asessment) menyeluruh atas draft terkait perjanjian RCEP.

Oleh:
Moch. Dani Pratama Huzaini
Bacaan 2 Menit

Sementara Zainal Arifin Fuat dari Serikat Petani Indonesia mengatakan bahwa, melanjutkan perundingan perdagangan di tengah pandemi merupakan langkah buruk mengingat pemerintah seharusnya lebih fokus pada kondisi pertanian dan pangan dalam negeri yang sangat terdampak. 

“Pandemi menyebabkan petani kesulitan mendistribusikan pangan sehingga turunnya harga jual,” ungkap Zainal. 

Menurut Zainal, pemerintah sebaiknya berfokus pada pengamanan sosial bagi petani dengan melanjutkan atau mengeluarkan kebijakan yang relevan seperti memastikan berjalannya reforma agraria dan kebijakan yang mendukung kedaulatan pangan. 

“Dukungan pada produksi pertanian di tingkat lokal akan sulit dilakukan jika perjanjian RCEP dilakukan,” tambah Zainal. 

Kesepakatan RCEP akan lebih banyak menggusur produksi pangan lokal. Langkah-langkah kebijakan yang dilakukan sejumlah negara tersebut bisa tidak dimungkinkan jika mengikatkan diri pada perjanjian perdagangan bebas seperti RCEP. Hal itu justru akan dapat menyebabkan semakin sulitnya mengatasi krisis kesehatan dan ekonomi berkepanjangan yang terjadi saat ini.

Indonesia Aids Coalition (IAC) berpandangan bahwa saat krisis kesehatan dan ekonomi di berbagai wilayah dunia dan di Indonesia, langkah-langkah tepat untuk melindungi rakyat dari pandemi dengan memastikan layanan kesehatan yang terjangkau dan memadai bagi semua sekaligus menjamin perlindungan keselamatan petugas kesehatan hendaknya menjadi prioritas pemerintah. 

Dengan bertambahnya jumlah pasien yang harus dirawat, tidak hanya rumah sakit yang kewalahan karena pasien- pasien baru, tetapi juga layanan kesehatan untuk pasien yang sudah ada, dan pasien dengan penyakit menahun akan terganggu. Misalnya layanan cuci darah, pengobatan HIV, bahkan orang mau melahirkan. 

“Bagi pasien ini juga menjadi beban tambahan, untuk pembayaran rapid tes, pembelian alat pelindung diri, di tengah pendapatan masyarakat yang menurun,” tutup IAC.

Tags:

Berita Terkait