Rumitnya Urusan Modal PT Indonesia
Kolom

Rumitnya Urusan Modal PT Indonesia

Era sekarang, harus menggunakan pendekatan yang berbeda. Kita harus berani melakukan evaluasi dan perubahan berbagai ketentuan agar menjadi lebih efisien dan masuk akal.

Bacaan 2 Menit

Jika kita lihat secara lebih dekat, kontribusi nilai nominal pada rezim permodalan tidak lebih dan tidak kurang hanya sebagai pembagi nilai modal menjadi satuan saham. Pembagian tersebut tidak memiliki arti apa-apa karena nilai nominal saham tidak merefleksikan nilai perusahaan setelah modal yang ada digunakan oleh perusahaan.

Jika kita melihat harga saham di bursa efek Indonesia. Tidak pernah ada relevansi antara nilai nominal dengan harga saham yang tercipta di pasar, yang dianggap lebih mendekati nilai wajar perusahaan yang relevan.

Kalau memang tidak ada gunanya, mengapa nilai nominal dipertahankan dalam masing-masing UUPT 1995 dan 2007? Juga terdapat larangan mengeluarkan saham dalam satu kelas dibawah nilai nominalnya. Saya kira, sama dengan pilihan untuk mempertahankan “modal disetor”, walaupun sudah tidak berguna, pembuat kedua UUPT tersebut khawatir membuat produk yang terlalu berbeda dengan praktek selama ini.

Mungkin saja pendekatan seperti itu tepat pada masanya. Namun dalam era sekarang, kita harus menggunakan pendekatan yang berbeda. Kita harus berani melakukan evaluasi dan perubahan berbagai ketentuan agar menjadi lebih efisien dan masuk akal.

Kisah PT Menempuh Badai

Melalui kisah sebuah perusahaan, sebut saja PT Menempuh Badai, mari kita nilai apakah kehadiran nilai nominal berguna atau malah menghambat. PT Menempuh Badai memiliki modal dasar pada saat pendirian sejumlah Rp1 miliar, dibagi dalam 1000 lembar saham dengan nilai nominal per saham Rp1 juta. Seluruh modal dasar tersebut sudah diambil bagian dan disetor penuh oleh seluruh pemegang saham. Karena pada saat pendirian dalam kas PT ini terdapat uang tunai Rp1 miliar, nilai riil per saham sama dengan nilai nominalnya, yaitu Rp1 juta.

Kemudian PT Menempuh Badai mulai mengarungi dunia usaha. Modal digunakan untuk menyewa kantor dan pabrik, biaya pegawai, pembelian mesin dan peralatan. Setelah modal digunakan untuk membiayai operasi dan usaha tersebut, nilai perusahaan berubah. Ke mana arah perubahan, tergantung tingkat keberhasilan usaha. Pada saat modal digunakan, nilai nominal berubah menjadi hiasan yang tidak memiliki arti dan bahkan mengganggu, terutama dengan adanya ketentuan bahwa saham dalam satu kelas tidak boleh dikeluarkan dibawah nilai nominalnya.

Untungnya perjalanan membawa PT Menempuh Badai kepada keberhasilan. Investor antre untuk meminang. Akhirnya disepakatilah kerja sama dengan investor yang memberikan penawaran terbaik. Kesepakatannya, investor akan mengambil sejumlah 100 saham baru (sehingga total saham akan menjadi 1100) dengan harga Rp10 miliar. Dengan demikian pre money valuation PT Menempuh Badai adalah Rp100 miliar. Bandingkan dengan modal awal yang hanya Rp1 miliar.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait