Sinergi Keamanan Siber, Pelindungan Data Pribadi, dan Pembiayaan Hijau
Kolom

Sinergi Keamanan Siber, Pelindungan Data Pribadi, dan Pembiayaan Hijau

Dengan membangun keamanan siber yang kuat, melindungi data pribadi, dan mempromosikan produk pembiayaan hijau, bank dapat menapaki era digital dengan lebih percaya diri.

Bacaan 6 Menit
Yosea Iskandar. Foto: Istimewa
Yosea Iskandar. Foto: Istimewa

Industri perbankan telah mengalami transformasi yang luar biasa dengan kemunculan teknologi digital. Pemanfaatan teknologi digital dalam penyediaan jasa keuangan telah mengubah cara kita melakukan transaksi keuangan dengan menawarkan kenyamanan, kecepatan, dan aksesibilitas yang tidak pernah ada sebelumnya. Hal ini menjadikan bank dan penyedia jasa keuangan lainnya yang tidak mampu mengikuti perkembangan akan kehilangan daya saingnya. Cepat atau lambat mereka akan ditinggalkan nasabahnya.

Namun, perubahan yang disrupstif ini datang dengan sejumlah tantangan, terutama dalam bidang keamanan siber, pelindungan data pribadi, dan pembiayaan hijau atau keuangan berkelanjutan. Meskipun ketiga hal ini mungkin tampak terpisah, jika dicermati lebih dalam akan tampak korelasi dan potensi sinergi yang membutuhkan perhatian kita.

Keamanan siber telah menjadi perhatian utama dalam ranah perbankan digital. Saat penyedia jasa keuangan mengadopsi teknologi digital untuk memperlancar operasi dan meningkatkan pengalaman pelanggan, mereka menjadi lebih rentan terhadap ancaman siber. Para penjahat siber menggunakan teknik canggih untuk meretas sistem, mencuri data sensitif, dan mengganggu transaksi keuangan. Konsekuensi dari serangan tersebut bisa sangat merugikan, berupa rusaknya kepercayaan nasabah, timbulnya kerugian material, dan bahkan hingga terganggunya stabilitas layanan perbankan.

Baca juga:

Insiden siber baru-baru ini membuka mata kita akan nyatanya bahaya serangan siber yang mengancam keamanan bank. Sebuah bank diduga telah menjadi target serangan siber yang mengakibatkan gangguan atas kegiatan operasionalnya dan kebocoran data nasabahnya. Berbagai pemberitaan media melaporkan kemungkinan adanya serangan ransomware terhadap bank tersebut. Namun, beberapa saat setelah kejadian, perwakilan bank menjelaskan bahwa bank sedang melalui proses pemulihan dengan fokus utama pada keamanan dana dan data pelanggan.

Belum lagi masalah di bank tersebut terurai dengan jelas dan dapat diketahui publik dengan baik, muncul berita tentang sebuah perusahaan pembiayaan yang juga terkena serangan siber. Serangan siber menyebabkan perusahaan tersebut harus melakukan penghentian sementara pada sejumlah sistemnya sehingga mengganggu sebagian layanan bagi konsumennya. Setelah sebelumnya menjelaskan bahwa sedang ada pemeliharaan sistem, perusahaan memberikan informasi bahwa memang mereka sempat mengalami serangan siber.

Harus diakui bahwa kebocoran data memang dapat terjadi pada institusi manapun, baik di sektor swasta maupun sektor publik. Namun, ketika hal tersebut menimpa sebuah bank gaungnya dapat meluas dan mempengaruhi seluruh industri. Jika ini terjadi, nasabah dapat merasa rentan dan mempertanyakan keamanan informasi keuangan mereka serta kemampuan industri perbankan untuk melindungi data mereka.

Tags:

Berita Terkait