‘Tiket Emas’ Lulusan Kampus Hukum Terfavorit, Fiksi atau Fakta?
Peringkat Kampus Hukum

‘Tiket Emas’ Lulusan Kampus Hukum Terfavorit, Fiksi atau Fakta?

Nama besar kampus-kampus hukum terfavorit tetap berpengaruh dalam proses rekrutmen. Namun bukan faktor penentu.

Oleh:
Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Vincent merujuk bahwa peran jaringan senior yang lebih dulu masuk firma hukum besar sangat berpengaruh untuk menarik lebih banyak lulusan dari kampus hukum almamaternya. Apalagi jika senior tersebut adalah pendiri firma hukum. Hal ini memberikan inspirasi tersendiri untuk berkarier di firma hukum besar terkait.

 

Bagi Makarim & Taira sendiri, lanjut Vincent, menerapkan meritokrasi dalam perekrutan lawyer. Kandidat diseleksi benar-benar berdasarkan kecakapan dan kualitas personalnya tanpa melihat asal almamaternya.

 

Jawaban senada diberikan Timur Sukirno, managing partner HHP Law Firm. Soal pilihan HHP Law Firm terhadap kandidat yang direkrut, menurut Sukirno ini, semua kandidat memiliki kesempatan masuk ke tahap seleksi lanjutan tanpa terhambat dari kampus hukum mana almamaternya. “Dari hasil tes dan interview, bukan semata-mata nama kampusnya. Kita nggak lihat itu dari UI atau dari mana, langsung tes saja,” ujarnya.

 

Untuk pertanyaan sama soal data para lawyer HHP Law Firm yang didominasi kampus-kampus hukum tertentu, Sukirno berpendapat ada hubungannya dengan jarak ke pusat-pusat bisnis. Sehingga lulusannya lebih bisa mempersiapkan bekal kualifikasi untuk lolos tes di firma-firma hukum besar ini. Termasuk kesempatan magang langsung di firma-firma hukum tersebut selama masih kuliah.

 

“Kalau saya boleh berpendapat, mungkin karena lokasi kampus itu dekat dengan pusat bisnis di kota besar, atau pengalaman dosen-dosennya itu berpengaruh juga. Lebih tahu, lebih sadar isu-isunya. Kami kan lebih ke bisnis,” jelas Sukirno.

 

Hukumonline.com

 

Managing partner dari IAB&F Law Firm, Ivan F. Baely, menjelaskan bahwa dominasi lulusan kampus hukum terfavorit di firma hukum besar terjadi bukan karena prioritas mutlak di awal proses rekrutmen. “Jadi dari pengalaman, kami lihat ternyata persentase yang lulus masa percobaan atau yang lebih bisa cepat belajar segala macam, ternyata dari universitas itu. Jadi terbentuk sendiri,” katanya.

 

Ivan menerangkan, bahwa secara alami para kandidat yang sering lolos hingga akhir rangkaian seleksi dan berprestasi di kantornya adalah lulusan kampus-kampus hukum terfavorit tersebut. Oleh sebab itu, salah satu pertimbangan IAB&F untuk menyaringnya adalah mengutamakan kandidat dari kampus hukum yang sama lagi. Baru kemudian melihat capaian akademik dan  non-akademik yang tertera di berkas lamaran para kandidat. “Lamaran yang masuk kan ratusan, nggak mungkin kami panggil semuanya.”

Tags:

Berita Terkait