Bentrokan antar anggota organisasi kemasyarakatan di Bogor akhirnya dapat dicegah. Dokter forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang melakukan pembedahan mayat bekerja cepat. Sebelumnya, beredar kabar anggota ormas itu meninggal karena dianiaya oleh anggota ormas lain.
Anggota ormas yang anggotanya meninggal dunia sempat menggeruduk rumah sakit yang berlokasi di kawasan Salemba, Jakarta Pusat itu. Ternyata, tidak ada tanda-tanda penganiayaan. Kalaupun ada memar bergaris di bagian iga, itu gambaran bekas kerokan. Dari hasil pemeriksaan luar dan dalam, dokter menyimpulkan bahwa korban meninggal karena serangan jantung, bukan akibat pengeroyokan.
Segera setelah mendapatkan hasil pemeriksaan patologi anatomi, dokter forensik mengambil langkah guna mencegah terjadinya bentrokan. Koordinasi dengan atasan dilakukan, termasuk dengan tim hukum untuk mem-back up jika suatu saat timbul masalah hukum. Hasil visum et repertum (VeR) bocor ke media, dan berdasarkan dokumen itulah muncul berita yang meng-counter berita sebelumnya.
Setelah berita penyebab kematian anggota ormas itu muncul di berita, bentrokan akhirnya dapat dihindari. Tetapi kasus ini meninggalkan kesan bagi Yuli Budiningsih, dokter forensik RSCM yang melakukan autopsi tersebut. Kisah ini diceritakan dokter Yuli dan dituangkan dalam buku Antara Mayat, Tragedi dan Perkara: Kiprah dan Kisah Dokter Forensik Perempuan Indonesia Demi Keadilan yang baru terbit.
