Yan Mandenas: Penyelesaian Kekerasan di Papua Harus Melalui Jalan Dialog dan Rekonsiliasi
Pojok MPR-RI

Yan Mandenas: Penyelesaian Kekerasan di Papua Harus Melalui Jalan Dialog dan Rekonsiliasi

Anggota MPR RI Fraksi Gerindra Yan Permenas Mandenas mengatakan bahwa penyelesaian masalah kekerasan di Papua harus melalui jalan dialog dan rekonsiliasi.

Oleh:
Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 3 Menit
Anggota MPR RI Fraksi Gerindra Yan Permenas Mandenas. Foto: istimewa.
Anggota MPR RI Fraksi Gerindra Yan Permenas Mandenas. Foto: istimewa.

Anggota MPR RI Fraksi Gerindra Yan Permenas Mandenas mengatakan bahwa penyelesaian masalah kekerasan di Papua harus melalui jalan dialog dan rekonsiliasi.  Beberapa tokoh di Papua yang sempat ditemuinya, juga sangat berharap dialog akan menuntaskan permasalahan ini.

 

Yan melihat upaya dialog dan rekonsiliasi dengan GAM yang dilakukan pemerintah berhasil di Aceh.  “Kalau di Aceh berhasil, kenapa di Papua tidak dilakukan pola yang sama.  Saya pikir, semua kekacauan ini akan tuntas jika pola itu dilakukan kembali. Saya yakin, mereka yang ada di hutan-hutan dan gunung-gunung akan turun meletakkan senjatanya, menyerahkan diri jika dibuka ruang dialog yang baik untuk semua.  Dalam dialog itu, semua pihak terutama KKB akan menyepakati untuk tidak lagi melakukan aksi teror yang meresahkan masyarakat.  Tinggal semua memiliki keinginan kuat dengan hati terbuka untuk melakukannya,” katanya.

 

Hal tersebut disampaikan politisi asal Papua ini, dalam acara Diskusi Empat Pilar MPR RI bertema ‘Peran TNI Polri Dalam Menumpas KKB Papua’ kerja sama Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR RI dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen, di Media Center MPR/DPR/DPD, Lobi Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (27/4).

 

Hadir dalam acara sebagai narasumber, Wakil Ketua DPD RI Letjend TNI Mar (Purn.) Nono Sampono, dan anggota MPR RI Fraksi Golkar Dave Akbarshah Fikarno serta awak media massa nasional sebagai peserta.

 

Sebenarnya, lanjut Yan, masyarakat Papua tidak menginginkan kekerasan ini terus berlanjut dan tidak berkesudahan.  Yang dikhawatirkan adalah, kekerasan ini akan berlanjut ke generasi selanjutnya. 

 

“Inilah pentingnya dialog. Karena dialog yang baik dan mengakomodir semua pihak akan merubah pola pikir pelaku kekerasan.  Jika pola pikir sudah berubah, maka selanjutnya karakter dan perilaku akan mudah sekali dibentuk.  Yang menjadi persoalan adalah susahnya mendeteksi otak-otak KKB ini karena mereka ada di luar negeri.  Sekarang bagaimana caranya mereka yang ada di luar negeri itu dan KKB yang ada di Papua bisa kita kumpulkan dan dudukan untuk berdialog dengan pusat,” Yan menambahkan.

 

Untuk itu, Yan mengajak semua elemen baik itu pemerintah pusat, daerah, masyarakat Papua, serta pihak KKB untuk kembali memikirkan rakyat dan masa depan mereka.  “Mari kita semua melakukan kesepakatan damai, menyudahi semua pertikaian yang hanya menguntungkan segelintir pihak dengan tujuan mengacak-acak persatuan Indonesia serta mengadu domba antar anak bangsa,” tandasnya.

Halaman Selanjutnya:
Tags: