Namun, yang lebih parah lagi, hakim Thompson ternyata senang mempertontonkan kegiatan pornoaksinya itu kepada orang lain. Salah satu korban Thompson adalah Lisa Foster, seorang reporter wanita yang sehari-hari bertugas di pengadilan tersebut.
"Pada suatu hari, nona Foster melihat hakim Thompson memegang ‘alat kelamin' dan mencukur bagian bawahnya dengan silet cukur saat ia duduk di kursinya," demikian petikan dari petisi yang diajukan Jaksa Agung.
Selain itu, sejumlah saksi termasuk para juri yang pernah hadir di sidang Thompson, dan juga polisi yang diundang untuk bersaksi di pengadilan, mengatakan bahwa mereka mendengar bunyi "wush" yang berasal dari alat ‘pemompa' sepanjang persidangan.
Rupanya tidak cuma bunyi-bunyi aneh itu saja yang membuat para juri serta polisi itu yakin bahwa sang hakim memang lebih sibuk dengan alat kelaminnya ketimbang dengan perkara yang sedang ia periksa. Pasalnya, mereka juga menyaksikan Thompson merunduk di kursi dengan menumpukan kedua siku di lututnya sambil memainkan pompa tersebut.
Masih menurut petisi tersebut, Thompson mengakui bahwa ia memegang alat ‘pemompa' di bawah kursinya sepanjang suatu persidangan kasus pembunuhan. Namun, kepada para penyidik ia berdalih bahwa itu adalah alat penyumbat hadiah dari temannya. Syukurlah, penyidik tidak bisa dibodohi oleh dalih Thompson tersebut.
Petisi itu juga mendakwa Thompson karena telah memecat reporter pengadilan yang pernah bekerja di sana lantaran sang reporter bersedia bekerjasama dengan pihak penyidik. Sungguh ironis, alat yang selama ini membuat Thompson "naik", kini membuatnya terancam turun dari jabatannya sebagai hakim.
Sebutan edan mungkin terlalu halus untuk dialamatkan pada Donald Thompson, seorang hakim Pengadilan Negeri Sapulpa, di Negara Bagian Oklahoma, AS. Sebagaimana dikutip dari ABC News Online (25/06), Hakim yang berusia 57 tahun ini bermasalah bukan karena terlibat skandal korupsi, namun karena hobinya yang tidak lazim, yaitu bermasturbasi di muka umum.
Karena hobi pornonya inilah Thompson terancam akan dicopot dari jabatannya yang terhormat sebagai hakim. Adalah Jaksa Agung Drew Edmonson, yang kemudian melayangkan petisi kepada otoritas kehakiman negara bagian Oklahoma yang meminta agar Thompson diberhentikan.
Dalam petisinya itu, Edmonson menjerat Thompson dengan tuduhan "perbuatan melakukan penghinaan yang melibatkan kejahatan moral dalam pelanggaran Konstitusi Oklahoma".
Di dalam petisi tersebut diketahui pula bahwa Jaksa Agung menuduh Thompson menggunakan alat ‘pemompa' selama persidangan berlangsung. Disebutkan bahwa penggunaan alat tersebut, ditengarai mampu memberikan tingkat ‘kepuasan' yang lebih.