Si Tukang Geledah Mengaku Pemarah
Seleksi Pimpinan KPK

Si Tukang Geledah Mengaku Pemarah

Sorotan terhadap Amien Sunaryadi lebih banyak menyangkut karakter pribadi. Ia mendapat sokongan kuat dari kalangan LSM. Integritas dan kapabilitasnya tidak diragukan.

Oleh:
Her
Bacaan 2 Menit
Si Tukang Geledah Mengaku Pemarah
Hukumonline

 

Fahri juga menilai Amien kurang menghargai kebersamaan. Ia punya penilaian seperti itu setelah membaca wawancara Amien di sebuah media massa. Dalam wawancara, Amien menyatakan pemberantasan korupsi jauh lebih penting daripada kebersamaan. �Buat saya ini agak mengkhawatirkan. Bagaimana iklim kebersamaan di luar KPK bisa dibangun kalau di dalam KPK presedennya seperti itu,� selorohnya.

 

Menjawab semua itu, Amien menyatakan, idealnya pimpinan kolektif di KPK berorientasi untuk pemberantasan korupsi. Di lapangan ternyata kondisinya tidak demikian. Beberapa kali ia tak sesuara dengan empat pimpinan KPK yang lain. Maka, untuk mengambil keputusan, ditempuhlah voting.

 

Maiyasyak Djohan (F-PPP) mempertanyakan pemahaman Amien dalam hal pemberian hak para tersangka korupsi. �Dikaitkan dengan UU No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP,� tuturnya. Maiyasyak menyambung pernyataan Fahri  bahwa kini banyak pengacara yang takut menghadapi KPK. Sebab, bila pembelaan dilakukan lebih canggih, maka hukuman yang dijatuhkan pun makin berat.

 

�Hak tersangka terus terang saya tidak hapal detail kata per kata, tapi tersangka berhak didampingi oleh pengacara,� jawab Amien. Dalam mengambil keputusan, terutama dalam penindakan, ia selalu berpengang kepada standar HAM internasional.

 

Mendengar jawaban Amien, Maiyasyak langsung nyeletuk. �Kalau bapak tidak hafal KUHAP tapi hapalnya international standard for human rights, bagaimana ya?�

 

Soal integritas, tak satupun anggota Komisi III yang turut berbicara, memberi penilaian negatif terhadap Amien. Beberapa di antaranya bahkan menyanjung Amien sebagai pimpinan KPK yang memiliki track record bagus.

 

Tukang geledah

Di KPK jilid I, Amien merupakan tukang geledah. �Di dalam fungsi penyidikan, sebelum ada KPK, penegak hukum tidak pernah menggunakan kewenangan penggeledahan. Di KPK, penyidik saya paksa untuk menggunakan kewenangan penggeledahan sesuai KUHAP dan berhasil,� tuturnya.

 

Ia mengungkapkan, sewaktu menangani kasus impor beras Bulog, sebelum tersangkanya  ditahan Kejaksaan Agung, KPK menurunkan 54 personil untuk penggeledahan dengan bantuan 15 personil dari kejaksaan. �Dari situ, kawan-kawan di Kejaksaan tersadar bahwa kewenangan penggeledahan bisa dilakukan dan hasilnya pun bagus,� tuturnya.

 

Untuk itu, Amien mengaku telah merancang pelatihan khusus penggeledahan. �Dengan konsultan dari Inggris yang merupakan mantan penyidik,� tandasnya. Kepolisian dan Kejaksaan, lanjutnya, bukannya tak pernah melakukan penggeledahan. Hanya, penggeledahan yang mereka lakukan cuma tertuju pada kasus narkoba, terorisme, pembunuhan dan pencurian. �Tapi untuk pidana korupsi tidak pernah dilakukan,� jelasnya.

 

Hal lain yang digagas Amien adalah penggunaan komputer forensik. Perkakas ini berguna dalam pengambilan data digital untuk keperluan pembuktian. � Untuk mengingatkan, barang bukti digital oleh DPR sudah dinyatakan sebagai alat bukti petunjuk,� ujarnya. Selain itu, ia juga menggagas sistem manajemen modern.

 

Adnan Topan Husodo dari Koalisi Pemantau Peradilan (KPP) menyatakan Amien punya potensi menjadi pimpinan KPK lagi. Dari segi integritas dan kapabiltas ia unggul dibanding beberapa pesaingnya. Adnan bisa memaklumi fakta bahwa Amien cenderung memilih jawaban normatif saat menjawab pertanyaan-pertanyaan anggota Komisi III. Bagi Adnan, itu merupakan sebuah strategi.

 

Kini Amien sudah rampung menjalani fit and proper test. Pertanyaan-pertanyaan bernada menuding yang diajukan anggota Komisi III barangkali tak ubahnya polisi tidur yang menghambat kendaraan yang sedang melaju kencang. Amien�yang dikenal publik sebagai sosok yang garang�pun memilih berhati-hati menghadapi rintangan itu. Akankah ia selamat sampai tujuan?

Menjadi satu-satunya pimpinan KPK jilid I yang mengikuti  seleksi calon pimpinan KPK periode 2007-2011 tak membuat langkah Amien Sunaryadi mulus. Senin (3/12), pria yang hobi naik gunung ini harus melewati rintangan berat saat menghadapi Komisi III DPR dalam babak fit and proper test.

 

Rintangan itu dipasang Panda Nababan. Politikus dari PDI-P ini menilai Amien kurang cakap dalam membangun hubungan kolektif. "Dari beberapa penilaian, karakter saudara temperamental, cepat marah," ucapnya.

 

Amien tak membantah disebut mudah marah. �Tapi hubungan saya dengan pihak Kepolisian dan Kejaksaan baik,� cetusnya. Ia mengaku beberapa kali pernah marah besar di KPK. Contohnya ketika sebuah keputusan sudah ditandatangani namun tidak dilaksanakan.

 

Masih soal karakter, Fahri Hamzah (F-PKS) ikut menyetempel Amien sebagai sosok yang terlalu percaya diri. �Saya melihat agak mencemaskan jawaban-jawaban Anda, karena jawaban itu dapat mengindikasikan satu kepercayaan diri yang terlalu besar dan kurangnya kepercayaan kepada orang lain,� tuturnya.

Halaman Selanjutnya:
Tags: