Sikap Politik Patriot Bangsa Indonesia Kini Combatting Global Warming
Surat Pembaca

Sikap Politik Patriot Bangsa Indonesia Kini Combatting Global Warming

Peringatan 100 Tahun Kepeloporan BOEDI OETOMO 20 Mei 1908 yang dikenali kini sebagai Hari Kebangkitan Nasional adalah saat tepat bagi bangsa Indonesia untuk bangkit membangun kebersamaan.

Oleh:
Bacaan 2 Menit
Sikap Politik Patriot Bangsa Indonesia Kini Combatting Global Warming
Hukumonline

 

Indonesia Tahun 2008 :

Kini, dalam suasana dan kondisi tekanan politik globalisasi dengan AHGT Dampak Pemanasan Global, maka perlu dibangun sikap politik Patriot Bangsa Indonesia (PBI) guna Combatting Global Warming menuju Indonesia Digdaya 2045. (PBI Partai Bangsa Indonesia adalah bentuk turunan BOEDI OETOMO di lembaga Volksraad, semacam Dewan Pertimbangan Rakyat 1917 – 1942).

 

 

Pandji R Hadinoto, Jakarta.

Gunanya, perlawanan terhadap beragam ancaman-hambatan-gangguan-tantangan (AHGT) akibat globalisasi atau dunia tanpa batas, seperti akibat daripada dampak pemanasan global dan perubahan cuaca berwujud berjenis bencana baik alam maupun ideologi politik ekonomi sosial budaya dan hankam yang dapat disebut sebagai musuh bersama.

 

Indonesia Tahun 1908 :

Dalam suasana dan kondisi pemberlakuan Politik Etis Hindia Belanda dengan AHGT adalah pembodohan dan pemiskinan anak bangsa, tercetus solusi Kenegarawanan BOEDI OETOMO (penggagas dr Wahidin Soedirohoesodo, pendiri pemoeda Soetomo dan pemoeda Soeradji, keduanya mahasiswa STOVIA) yakni bea siswa bagi pencerdasan anak bangsa guna peningkatan kesejahteraan bermasyarakat dan berbangsa. Rekayasa Sosial ini yang menegaskan keberadaan sikap Kenegarawanan sehingga keIndonesiaan mencuat pada tahun 1928 disusul kemudian dengan tahun-tahun 1945, 1949, 1961 dst, sebagai benang merah tonggak Kebangsaan Indonesia. Jadi pernyataan bahwa ketika dokter Wahidin Soedirohoesodo dan dokter Soetomo memprakarsai berdirinya sebuah organisasi untuk melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur dalam budaya Jawa, semangat nasionalisme agaknya masih samar-samar dalam diri mereka [100 Tahun Kebangkitan Nasional Apakah Perlu Diperingati, Sabam Sirait, Suara Pembaruan 10 Mei 2008] sesungguhnya justru dapat membangun kesamaran yang berkelanjutan, bukan?

 

Indonesia Tahun 1929 :

Tugu Peringatan Nasional (sekarang dikenal sebagai TUGU LILIN) di Surakarta dibangun namun dilarang peresmiannya oleh pemerintah Hindia Belanda.

 

Indonesia Tahun 1948 :

Dalam suasana dan kondisi AHGT Persatuan dikala bahaya serangan Belanda terbayang di Presidenan Yogyakarta (sekarang Gedung Negara) diperingati 40 tahun Hari Kebangunan Nasional dan BOEDI OETOMO diakui sebagai Pergerakan Rakyat Indonesia yang diatur secara Organisasi modern. Ketua Panitia adalah Ki Hajar Dewantara.

 

Indonesia Tahun 1958 :

Dalam suasana dan kondisi menuju Indonesia Bersatu (1961, kembalinya Irian Barat ke pangkuan ibu pertiwi) dengan AHGT beragam terhadap Persatuan dan Kesatuan bangsa, maka sikap politik Presiden RI adalah menegaskan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Halaman Selanjutnya:
Tags: