Setelah sampai di kota metropolitan, pada suatu hari, Mat Ro'i pergi sendirian ke kantor anaknya di sebuah gedung perkantoran Jalan Sudirman, Jakarta. Dasar orang daerah, ia kebingungan untuk menuju kantor anaknya di lantai 30 gedung itu. Akhirnya, ia mengikuti saja orang-orang untuk naik lift.
Namun sebelum masuk lift, dia melepas sandalnya yang terbuat dari karet ban bekas yang tebal. Kemudian setelah masuk ke lift, dia memencet nomor 30. Wuuzzzh, lift pun bergerak cepat.
Setelah sampai ke lantai 30, orang Madura itu kaget bukan kepalang karena ternyata sendalnya tidak ada. Dia marah-marah sampai mukanya merah padam. Akhirnya, dia mengeluarkan goloknya yang besar itu.
Orang Madura : "Bener-bener oreng Jakarta, tak bisa e percajeh, coman sandal beih!!!" ("Bener-bener orang Jakarta, tidak bisa dipercaya. Baru sendal saja diambil !!!")
Tak lama kemudian, datanglah satpam gedung untuk mengamankan orang Madura itu. Satpam pun bertanya: "Ada apa Pak? Kok marah-marah sampai nenteng golok kayak gitu?"
Orang Madura : "Nih, sandal saya hilang, dicuri sama orang Jakarta! Laa sebelum masuk lift, sandal saya copot. Eh setelah keluar dari lift, kok sendal hilang !!! Benar-benar orang Jakarta tidak bisa dipercaya!!"
Sambil mendorong orang Madura itu masuk lift, satpam itu berkata: "Begini saja Pak. Bapak masuk lift lagi dan pencet tombol nomor satu". Setelah masuk lift, kemarahan Mat Ro'i masih belum sirna. Ia masih ngomel tidak keruan dengan dialek Maduranya yang kental.
Dan lift pun sampai di lantai 1. Begitu pintu lift terbuka, orang Madura itu kaget melihat sandalnya ada di depan pintu lift.
Sembari memasukkan golok ke sarungnya, ia berkata lantang: "Bener-bener oreng Jakarta, oreng tako. Tapeh e bektong ngeluarin todi, sandal langsung e belih!!!" ("Benar-benar orang Jakarta, nyalinya kecil. Baru dikeluarkan golok saja, sandal sudah dikembalikan !!!")