Penunggang Kuda Terakhir
Jeda

Penunggang Kuda Terakhir

Sore itu adalah sore yang sangat dingin di Virginia bagian utara, berpuluh-puluh tahun yang lalu. Janggut si orang tua dilapisi es musim dingin selagi ia menunggu tumpangan menyeberangi sungai.

Oleh:
*****
Bacaan 2 Menit
Penunggang Kuda Terakhir
Hukumonline

Penantiannya seakan tak berakhir. Tubuhnya menjadi mati rasa dan kaku akibat angin utara yang dingin. Samar-samar ia mendengar irama teratur hentakan kaki kuda yang berlari mendekat di atas jalan yang beku itu.

Dengan gelisah, orang tua itu mengawasi beberapa penunggang kuda memutari tikungan. Ia membiarkan beberapa kuda lewat, tanpa berusaha untuk menarik perhatian. Lalu, satu lagi lewat, dan satu lagi. Akhirnya, penunggang kuda yang terakhir mendekati tempat si orang tua yang duduk seperti patung salju.

Saat yang satu ini mendekat, si orang tua menangkap mata si penunggang...dan ia pun berkata: "Tuan, maukah Anda memberikan tumpangan pada orang tua ini ke seberang.  Kelihatannya tak ada jalan untuk berjalan kaki."

Sambil menghentikan kudanya, si penunggang menjawab: "Tentu. Naiklah." Melihat si orang tua tak mampu mengangkat tubuhnya yang setengah membeku dari atas tanah, si penunggang kuda pun turun dan menolongnya naik ke atas kuda.

Si penunggang membawa si orang tua itu bukan hanya ke seberang sungai, tapi terus ke tempat tujuannya, yang hanya berjarak beberapa kilometer.

Selagi mereka mendekati pondok kecil yang nyaman, rasa ingin tahu  si penunggang kuda atas sesuatu mendorongnya untuk bertanya. "Pak, saya  lihat tadi Bapak membiarkan penunggang-penunggang kuda lain lewat, tanpa berusaha  meminta tumpangan."

Si penunggang kuda melanjutkan: "Saya ingin tahu kenapa pada malam musim dingin seperti ini Bapak mau menunggu dan minta tolong pada penunggang terakhir. Bagaimana kalau saya tadi menolak dan meninggalkan Bapak di sana?"

Halaman Selanjutnya:
Tags: