Ulah Sang Profesor
Jeda

Ulah Sang Profesor

Ini kisah nyata, walau mungkin terdengar ironis. Seorang mahasiswa tingkat akhir Fakultas Hukum di sebuah PTN di Jakarta, sebut saja A, berniat menyerahkan tema dan outline skripsinya pada sang pembimbing untuk mendapat persetujuan.

Oleh:
****
Bacaan 2 Menit
Ulah Sang Profesor
Hukumonline

Karena untuk menyerahkan tema dalam jurusan itu dipersyaratkan telah memiliki bahan-bahan dan referensi yang lengkap, maka datanglah A menghadap si pembimbing dengan persiapan lengkap.

Namun di luar dugaan, ketika sang pembimbing yang bergelar profesor melihat tema skripsi itu, si profesor dengan enteng menyarankan agar  A mengganti tema skripsinya. Si mahasiswa pun kontan bertanya-tanya, apakah tema sripsi itu  dianggap tidak bermutu ataukah ia telah menggunakan asumsi yang salah? Ternyata bukan...

Sang profesor menyatakan bahwa ia telah lama berencana menulis mengenai tema yang diangkat oleh mahasiswa itu  dalam sebuah jurnal ilmiah. Ibaratnya, itu keinginan terpendam sang profesor. Karena itu dengan sangat menyesal, A dipersilakan untuk memilih tema lainnya.

Dengan "baik hati", profesor itu kemudian menjanjikan akan memberikan tema baru bagi A. Namun tunggu punya tunggu, sampai satu semester berlalu, sang profesor tidak menepati janjinya.

Karena "ulah" sang profesor, terpaksa A memerlukan tambahan waktu untuk mencari tema dan bahan-bahan baru untuk menyelesaikan skrispsinya. Praktis, sia-sianya usaha, biaya, dan waktu yang telah dikeluarkan A untuk menyiapkan bahan skripsinya.

Namun terlepas dari kesialan yang menimpa A, "Mengapa si profesor tidak menulis jurnal sesuai rencananya sendiri dan si mahasiswa dibiarkan menulis skripsi sesuai rencananya? Bukankah jelas tidak akan sama tulisan seorang profesor dengan tulisan seorang mahasiswa S1?

Entah profesor itu tidak 'pede' akan keprofesorannya, sehingga khawatir tulisan yang dibuatnya akan sama dengan tulisan mahasiswa S1? Ataukah,  ini merupakan wujud abuse of power yang sayangnya ternyata terjadi juga di dunia akademis?

Kalau banyak profesor seperti pembimbing A, barang kali akan banyak mahasiswa yang tertunda kelulusannya. Jangan-jangan menjadi mahasiswa abadi atau malah di-DO dari kampusnya.

Tags: