Musibah Banjir dan Penanggulangan Korupsi
Kolom

Musibah Banjir dan Penanggulangan Korupsi

Musibah banjir yang melanda berbagai daerah di Indonesia, khususnya di daerah Jakarta dan sekitarnya, menggugah hati dan menggoncangkan pikiran banyak orang. Bukan saja karena musibah besar ini telah mendatangkan penderitaan - dalam berbagai bentuk dan ukuran - bagi jutaan orang, melainkan juga memunculkan beraneka pertanyaan dan bahan renungan.

Bacaan 2 Menit
Musibah Banjir dan Penanggulangan Korupsi
Hukumonline

Apakah musibah ini memang takdir Tuhan, ataukah ini hanyalah akibat kesalahan manusia juga? Atau, apakah kita semua harus menerima dengan tawakal dan sabar nasib sedih yang menimpa begitu banyak orang, ataukah harus ikut berbuat sesuatu untuk mengatasinya? Lalu kalau sudah begitu, apa sajakah kekurangan (atau kesalahan) yang telah terjadi, dan siapa pula yang harus bertanggungjawab?

Justru soal-soal yang berkaitan dengan itu semualah yang selama berhari-hari dan terus-menerus bisa kita baca dalam pers Indonesia, dan kita lihat atau dengar dari televisi dan radio. Agaknya, itu semua yang dibicarakan oleh begitu banyak orang yang rumahnya terendam air (atau terpaksa ditinggalkan), dan oleh orang-orang yang bersama seluruh keluarganya terpaksa mengungsi di emperan toko-toko, di mesjid-mesjid, di gedung-gedung sekolah, di pinggiran jalan kereta-api.

Mungkin, ketika sejumlah besar orang sudah berhari-hari tidak bisa ganti pakaian dalam keadaan kelaparan dan kedinginan, dan ketika banyak anak-anak yang sudah kena penyakit gatal-gatal, diarhee, sesak napas dan lain-lain, banyak juga yang mempertanyakan tentang efisiensi kerja pemerintah dan kebenaran sistem politik, ekonomi, sosial yang dianut oleh negeri kita dewasa ini.

Walaupun banjir sudah sering terjadi, banjir kali ini pastilah akan menimbulkan dampak yang lebih besar dari pada yang sudah-sudah, di berbagai bidang. Kali ini, begitu besarnya banjir, sehingga banyak daerah di pusat kota Jakarta juga terendam air. Di samping itu, banyak sekali penduduk di daerah di Bekasi, Tangerang dan Jakarta Selatan yang berdekatan dengan kabupaten Bogor juga harus menderita musibah ini.

Banyak daerah yang selama ini tidak pernah tersentuh banjir secara serius  (Lapangan Monas, Jalan Thamrin, Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, Jalan Gunung Sahari) juga dilanda banjir. Bahkan, untuk pertama kalinya sejak Proklamasi kemerdekaan republik kita, banjir pun sudah menyerang halaman Istana Negara. Singkatnya, banjir telah menyerang juga "ulu hati" pusat pemerintahan Republik Indonesia.

Hikmah di balik musibah besar

Banjir besar kali ini telah mendatangkan kesengsaraan bagi banyak sekali penduduk. Siaran radio dan televisi telah menyajikan cerita-cerita yang mengharukan dan menyedihkan tentang penderitaan mereka itu. Ketika tulisan ini dibuat pada 3 Februari pagi, radio Elshinta menyiarkan reportase tentang penduduk di Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang sudah seminggu terkurung dalam rumah yang digenangi air, sehingga tidak bisa ke mana-mana dan mendapat kesulitan untuk mencari makan).

Masih belum bisa diperkirakan berapa besar kerugian material  (dan jiwa) yang dialami oleh penduduk dan perusahaan-perusahaan, dan juga oleh negara. Sebab, banjir masih berlangsung terus di berbagai wilayah, dan bahaya hujan juga masih mengancam terus sampai akhir Maret.

Halaman Selanjutnya:
Tags: