Korupsi Gorila
Jeda

Korupsi Gorila

Empat gorila jantan dari Inggris telah tiba di Jakarta. Anggaran untuk pakan kera besar dari Afrika itu saja Rp3,2 miliar atau lima kali anggaran rakyat miskin kota. Kata Komisi Anggaran, gorila tersebut hanya doyan buah impor.

Oleh:
***
Bacaan 2 Menit
Korupsi Gorila
Hukumonline

Rencana kedatangan gorila serta pembangunan hunian gorila tersebut di Kebun Binatang Ragunan Jakarta senilai Rp6 miliar sempat memicu kontroversi. Meskipun, dana pembangunan kandang gorila dan transportasi gorila tersebut sepenuhnya berasal dari warisan Puck Schmutzer, seorang campuran Belanda-Indonesia.

Namun, tiba-tiba Komisi Anggaran DPRD DKI Jakarta menganggarkan biaya sebesar Rp3,2 miliar untuk memberi pakan para gorila tersebut. The Strait Times melaporkan, anggota Komisi Anggaran DPRD DKI mengalokasikan dana sebesar Rp3,2 miliar untuk memberi pakan gorila tersebut.

Besarnya anggaran untuk makanan para gorila ini benar-benar mencengangkan. Padahal untuk anggaran bagi ribuan masyarakat miskin kota tahun lalu, DPRD hanya mengalokasikan dana sebesar Rp625 juta atau seperlima dari anggaran untuk makanan 4 ekor gorila!

Apakah para gorila itu sedemikian rakus, sehingga disediakan dana begitu besar? Ternyata, tidak juga. Menurut anggota Komisi Anggaran, dana sebesar Rp3,2 miliar itu diperlukan karena gorila tersebut memerlukan makanan khusus, seperti apel impor maupun buah-buahan impor lainnya.

Alasannya, gorila tersebut emoh memakan buah-buahan lokal- seperti jambu, mangga, pepaya- karena sudah terbiasa dengan standar makanan dari Inggris. Anggota komisi itu juga mengatakan alokasi dana itu adalah permintaan dari kebun binatang dan telah disetujui oleh DPRD Jakarta.

Namun, masih menurut Strait Times, juru bicara Kebun Binatang Ragunan membantah bahwa kebun binatangnya meminta dana sebesar itu untuk memberi makan gorila.

Sementara itu, Direktur Gibbon Foundation di Indonesia membantah bahwa gorila tersebut membutuhkan makanan khusus dan memerlukan dana dari Pemda DKI. Gibbon Foundation inilah yang mengorganisasikan pengiriman gorila dan pembangunan kandang gorila tersebut

Menurut direktur lembaga itu, hutan di sekitar kandang gorila seluas dua hektare sudah menyediakan makanan yang lebih dari cukup untuk para gorila. Ia juga membantah bahwa gorila tersebut perlu memakan buah impor. Namanya juga sebangsa monyet, ya tidak pilih-pilih apakah buah impor atau lokal.

Jadi, siapa sebenarnya yang meminta dana untuk pakan gorila sebesar lima kali dana untuk masyarakat miskin kota?  Jangan-jangan dana sebesar itu karena juga dimakan gorila lain 'berkepala hitam'. Di Indonesia, gorila pun bisa korupsi...

Tags: