Kepemimpinan
Tajuk

Kepemimpinan

Dalam sejarah prahistoris, awal peradaban, abad pertengahan dan modern sampai hari ini, selalu terjadi perdebatan tak kunjung usai tentang bagaimana caranya mengurus masyarakat dan organisasi negara. Penguasa--baik sipil maupun militer, negarawan, wakil rakyat dan lembaga perwakilan, teoritikus, politikus, tokoh masyarakat, bahkan di tingkat akar rumput sekalipun--berulang kali dalam rentang waktu yang begitu panjang melakukan percobaan, mengalami kesalahan, memperbaiki kesalahan, jatuh dan bangun, untuk mencari cara yang paling tepat bagi masyarakat dan negaranya.

Oleh:
ATS
Bacaan 2 Menit
Kepemimpinan
Hukumonline

Indonesia sendiri pernah mengalami sistem negara kesatuan, federalisme, dan kembali ke negara kesatuan dengan berbagai sistem pemerintahan, dari demokrasi terpimpin, demokrasi totaliter, militeristis, sampai demokrasi dengan segala embel-embel lain dengan sistem ekonomi yang sentralistis tetapi liberal sekalipun. Uji coba tersebut bisa berjalan secara damai dan elegan, tetapi sering kali juga memakan korban jutaan jiwa. Seperti sering dikatakan orang, perubahan cepat atau revolusi sering memakan anak-anaknya sendiri. Uji coba itu terus terjadi, sampai detik ini. Kata Bung Karno, revolusi belum selesai, mungkin ada benarnya. Kita berubah terus, hanya sayangnya kita tidak yakin bahwa perubahan yang terjadi saat ini menuju arah yang terbaik untuk kemaslahatan orang banyak.

Sejarah membuktikan bahwa tidak peduli cara atau sistem apapun yang diterapkan--baik monarki, totaliterisme, totaliterisme komunal, militerisme, demokrasi komunal, demokrasi dengan perwakilan, demokrasi kolektif, konstitusionalisme, liberalisme, atau sistem dan acara apapun namanya dan dengan variasi apapun--kepemimpinan dari suatu masyarakat dan negara merupakan unsur kunci bagi pencapaian-pencapaian tujuan bersama masyarakat dan negara tersebut.

Banyak orang mengatakan bahwa kalau suatu sistem sudah terinstitusikan dengan baku dan dilaksanakan dengan konsisten dan berkelanjutan, kita tidak perlu pemimpin (karismatis) lagi, tapi kita hanya perlu seorang Chief Executive Officer yang baik saja. Di lain pihak, banyak juga yang berpendapat bahwa walaupun suatu sistem banyak kekurangannya, bila dijalankan oleh seorang atau sekelompok orang baik, tegas, adil, tidak pandang bulu dan mengetengahkan kepentingan orang banyak, maka tujuan-tujuan bersama suatu masyarakat dan negara bisa dicapai juga dengan efektif.

Persoalannya menjadi bahwa sistem yang paling baik dan sempurna sekalipun, selalu menghadapi perubahan-perubahan di masyarakat yang mengharuskan sistem selalu harus diuji kembali efektifitasnya. Pemimpin atau sekelompok pemimpin yang baik sekalipun bisa berubah, terbawa kepentingan politis atau bisnis, cenderung ingin berkuasa terus, dan akhirnya menghasilkan pemujaan pribadi yang salah kaprah serta pemusatan kekuasaan di segelintir orang atau kelompok tertentu.

Kampiun-kampiun demokrasi di dunia tetap beranggapan bahwa demokrasi perwakilan tidak pernah salah. Kalau ada yang salah, maka itu kembali kepada subsistem lain dari demokrasi yang memang sudah mengandung bibit-bibit memporakporandakan demokrasi yang sedang bersemi atau sudah tegak. Korupsi, persepsi keagamaan, feodalisme, tradisi lokal, pemusatan kekuasaan di sedikit orang atau golongan, atau bahkan  birokrasi yang lambat merupakan sederet contoh bagaimana sistem yang demokrat bisa tergerogoti, menjadi aus, dan akhirya bukan menjadi pilihan ideal lagi.

Partai Republik dan Partai Demokrat merupakan dua partai terbesar di Amerika Serikat yang bergantian berkuasa selama berabad-abad, dan berkesempatan luas membangun demokrasi di Amerika selama lebih dari 200 tahun. Di dalamnya tumbuh prinsip-prinsip good governance, good corporate governance, sistem perwakilan rakyat, check and balance, supremasi hukum, pasar bebas, kesetaraan di depan hukum, dan kesempatan-kesempatan merata di segala bidang. Tetapi sampai detik ini, masih saja terjadi skandal politik, ekonomi, hukum dan lain-lain yang menjadikan demokrasi ala Amerika bukan contoh ideal untuk negara-negara yang kemajemukannya--seperti Indonesia--tidak simetris dengan masyarakat Amerika.

Bagaimanapun, kepemimpinan masih sangat penting di Amerika. Kita ingat bagaimana John F. Kennedy menggunakan kharismanya untuk mempromosikan demokrasi sampai ke ujung-ujung dunia. Dan dengan mengubah persepsi orang muda sedunia, dia ikut mengubah banyak wajah dunia. Kennedy bersama Kruschev dengan kebesaran jiwa mereka dan mengerti betul akan konsekuensi perang nuklir, mencegah perang dunia III dengan menyelesaikan insiden Teluk Babi. Tapi Kennedy juga yang memulai campur tangan Amerika di Vietnam, dan membawa Lyndon Johnson menyeret Amerika ke keterlibatan yang memalukan di Vietnam. Richard Nixon  ikut menentukan redanya perang dingin bersama-sama dengan Leonid Breznev, dan melupakan sejenak kepongahan Amerika dengan mengajak China untuk "berdamai" dengan diplomasi ping-pongnya. Tapi, Nixon juga yang mencoreng mukanya sendiri dengan skandal Watergate.

Halaman Selanjutnya:
Tags: