Perjuangan Pengacara Kembar Siam
Jeda

Perjuangan Pengacara Kembar Siam

Bisakah Anda bayangkan hidup sebagai kembar siam dengan kepala menempel satu sama lain? Laleh dan Ladan Bijani, dua gadis kembar siam dari Iran, telah 27 tahun menjalani kehidupan sebagai kembar siam. Hebatnya, dua gadis ini bahkan berhasil menjadi pengacara! Apa bisa?

Oleh:
****
Bacaan 2 Menit
Perjuangan Pengacara Kembar Siam
Hukumonline

Namun, kini si kembar telah bertekad bulat untuk mengakhiri kebersamaan itu dan memimpikan dapat hidup sebagai pribadi yang mandiri. Rencananya, ahli bedah otak dr. Keith Goh dari Singapura akan mengoperasi mereka di RS Raffles, Singapura. Saat ini, kedua gadis itu tengah menjalani serangkaian tes secara intensif di Singapura.

April tahun lalu, dr Goh sukses memisahkan bayi kembar siam berusia 11 bulan dari Nepal, Ganga dan Jamuna, dalam operasi maraton selama 97 jam. Operasi Laleh dan Ladan jika jadi dilakukan, diperkirakan akan melibatkan 20 sampai 30 orang dokter dan menelan biaya sebesar S$400.000 atau Rp2,5 miliar. Namun, pihak rumah sakit berjanji akan membebaskan mereka dari berbagai biaya. 

Operasi itu sendiri akan sangat rumit dan beresiko mengingat kedua otak si kembar saling berhubungan dan mereka berbagi satu pembuluh darah. Sebelumnya, pada 1996, dokter di Jerman menolak mengoperasi kedua gadis ini setelah hasil tes menyatakan operasi dapat berakibat fatal dan beresiko kematian salah satu atau bahkan keduanya.

Kedua gadis ini lulus dari Fakultas Hukum Universitas Teheran pada 2000, setelah menempuh studi selama enam tahun. Lebih lama dari waktu seharusnya, empat tahun, karena diselingi dengan usaha mereka untuk melakukan operasi pemisahan. Mereka berdua mendapat beasiswa dari Fakultas Hukum Universitas Teheran karena mereka tidak dapat menempuh ujian masuk universitas secara terpisah.

Si kembar menyatakan bahwa salah satu alasan mereka untuk berpisah adalah karena mereka memilki banyak perbedaan. "Kami adalah dua individu berbeda yang terikat satu sama lain. Kami memiliki gaya hidup yang berbeda dan mempunyai pandangan yang sangat berbeda tentang berbagai hal," ungkap Ladan pada wartawan.

Mereka mengaku kadang tidak sepakat mengenai apa yang akan dimakan, dibaca, atau ditonton dari TV dan bagaimana mengisi waktu luang. "Mimpi terbesar kami adalah terpisah secara fisik dan menjalani sisa hidup kami sebagai individu yang independen," ujar Laleh.

Entahlah, tidak diceritakan bagaimana kembar siam itu--dengan segala keterbatasannya--menjalankan aktivitasnya sebagai pengacara. Apakah mereka berdua sejalan dan sehati salam membela kliennya, atau malah kerap berbeda pendapat. Apakah mereka juga aktif mendampingi klienya di persidangan? Lalu, siapa di antara keduanya yang menjadi jubir dan didengar pendapatnya.

Ketika ditanya apakah salah satu dari mereka siap untuk mati demi yang lain, Laleh menjawab, "Kami telah menunggu selama duapuluh tujuh tahun karena kami tidak mau memilih pilihan sulit seperti itu". Ya, mereka ingin hidup bersama, bukan lagi sebagai kembar siam.

 

(berbagai sumber)

 

Tags: