INAFIS Polri Siap Didemonstrasikan untuk Pengamanan ATM
Berita

INAFIS Polri Siap Didemonstrasikan untuk Pengamanan ATM

Sistem pengamanan berbasis biometric fingerprint tidak akan mengganggu sistem yang sudah dimiliki bank, karena hanya menambahkan satu perangkat bernama live fingerprint scanner. Diharapkan lebih akurat dalam memverifikasi pemilik kartu ATM karena menggunakan salah satu keunikan melekat di tubuh manusia.

Oleh:
Nov
Bacaan 2 Menit
INAFIS Polri Siap Didemonstrasikan untuk Pengamanan ATM
Hukumonline

Tim Direktorat II Ekonomi Khusus (Eksus) Bareskrim Mabes Polri menangkap satu orang lagi tersangka pembobolan dana nasabah. Tersangka dengan nama Jemmi itu diduga berkaitan dengan tersangka Fransiscus alias Frans, yang beberapa waktu lalu ditangkap atas pembobolan dana nasabah melalui ATM di Bali. Seperti diketahui, setiap hari laporan nasabah yang merasa uang di rekeningnya raib secara tiba-tiba semakin bertambah. Tim Eksus Bareskrim bekerja sama dengan kepolisian daerah setempat terus berupaya mengungkap jaringan dan keterkaitan sindikat-sindikat pembobol dana nasabah tersebut.

 

Selain itu, Bareskrim juga melakukan upaya pencegahan dengan menyarankan otoritas perbankan untuk memperbaiki sistem pengamanan ATM. Masalahnya, sistem pengamanan yang dimiliki bank sekarang ini memiliki sejumlah kelemahan yang dapat dimanfaatkan pelaku pembobol dana nasabah. Oleh sebab itu, ada dua metode sistem pengamanan ATM yang disarankan Bareskrim. Pertama, melalui sistem yang berbasis chip. Dan kedua, sistem yang berbasis pemindaian sidik jari (fingerprint).

 

Untuk metode kedua yang dinamakan biometric fingerprint ini, ternyata Mabes Polri sudah pernah meluncurkannya pada awal 2009 lalu. Program itu diberi nama Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) Polri. Untuk itu, kata Kabareskrim Ito Sumardi, Bareskrim akan mendemonstrasikannya dalam waktu dekat kepada otoritas perbankan.

 

Bank Indonesia (BI) melalui Direktur Pengawasan III Bank Indonesia Erwin Riyanto sempat menyatakan keberatannya. Sistem seperti ini, kata Erwin, membutuhkan biaya (cost) yang cukup besar. Yang mana, biaya itu nantinya akan dibebankan kepada nasabah. Sementara, dari pihak bank masih mempertimbangkan solusi yang lebih tepat untuk memperbaiki sistem pengamanan mereka. Jadi, dengan kata lain, pihak bank belum menyetujui apakah akan menggunakan pengamanan berbasis chip maupun fingerprint.

 

Namun, untuk mengetahui pihak bank akan menyetujuinya atau tidak, dapat dilihat setelah Bareskrim mendemonstrasikan alat biometric fingerprint scanner itu. Lagipula, Ito menambahkan, pihak bank tidak perlu khawatir akan memberatkan dari segi biaya. Karena, hanya ada satu perangkat yang harus ditambahkan, dan bukan mengganti sistem secara keseluruhan. "Sebenarnya bukan mengganti sistem, tapi menambah suatu alat kecil, yang menurut saya dari segi biaya tidak memberatkan. Kayak kita ganti pintu, tapi rumahnya tetap".

 

Hal ini ditegaskan kembali oleh Kepala Pusat Indetifikasi (Kapusinden) Bareskrim Mabes Polri, Bekti Suhartono (28/1). Menurutnya, pihak bank tidak perlu repot dan mengeluarkan biaya besar untuk mengganti sistem yang memang akan menyedot banyak dana. Hanya ada satu perangkat yang mesti ditambahkan, yakni live fingerprint scanner. Dengan ditambahkannya perangkat ini di setiap ATM, tidak akan merusak atau mengacaukan sistem yang sudah dimiliki bank sebelumnya. Karena, live fingerprint scanner hanyalah alat tambahan yang digunakan untuk memverifikasi pemilik kartu ATM.

Halaman Selanjutnya:
Tags:

Berita Terkait