Maling di Tengah Keriuhan Vonis Antasari cs
Jeda

Maling di Tengah Keriuhan Vonis Antasari cs

Keramaian pasti menjadi tempat idaman para maling atau copet. Jurnalis asal benua Eropa juga menjadi korban.

Oleh:
Rzk/Nov
Bacaan 2 Menit
Kerumunan di PN Jakarta Selatan saat pembacaan<br>vonis Antasari Azhar cs. Foto: Sgp
Kerumunan di PN Jakarta Selatan saat pembacaan<br>vonis Antasari Azhar cs. Foto: Sgp

Kamis 11 Februari 2009, suasana di PN Jakarta Selatan lebih ramai dari biasanya. Kemacetan terjadi di segala penjuru jalan menuju pengadilan yang terletak di bilangan Ampera, Jakarta Selatan itu. Kondisi ini sebenarnya sudah diprediksi jauh-jauh hari begitu majelis hakim menetapkan jadwal pembacaan vonis terhadap empat terdakwa kasus pembunuhan berencana Nasrudin Zulkarnaen akan digelar serentak. Polri pun mengerahkan ratusan perwiranya.

 

Kasus Antasari cs memang layak dinobatkan sebagai kasus paling populer sepanjang tahun 2009. Setiap persidangan digelar selalu saja ramai. Penjagaan keamanan pun lebih diperketat dari biasanya. Makanya, tidak heran jika pada agenda puncak yakni pembacaan vonis majelis hakim, pengunjung PN Jakarta Selatan membludak. PN Jakarta Selatan bak pasar malam atau pusat-pusat keramaian lainnya.

 

Ratusan atau mungkin ribuan orang tumpah ruah di setiap sudut gedung PN Jakarta Selatan. pengunjung berasal dari berbagai kalangan mulai dari jurnalis, dalam maupun luar negeri, pengamat hukum, pengacara, mantan narapidana, kerabat para terdakwa, dan pihak-pihak terkait lainnya.

 

Setiap pengunjung memiliki minat sendiri-sendiri hendak menyaksikan persidangan terdakwa yang mana. Berstatus sebagai mantan Ketua KPK, persidangan Antasari Azhar tentunya paling banyak peminatnya. Pihak pengadilan sadar akan hal ini. Makanya, persidangan Antasari diberi ‘keistimewaan’ digelar di ruang sidang utama yang jauh lebih bagus dan luas ketimbang ruang sidang lainnya.

 

Sekitar pukul 11.00, persidangan dimulai nyaris bersamaan. Di tengah-tengah khidmatnya para pengunjung menyimak pembacaan vonis terjadi insiden. Beberapa pengunjung dari kalangan jurnalis mengaku kehilangan telepon selulernya. Korban lain pun terungkap kemudian, salah satunya seorang jurnalis asal benua Eropa.

 

Tidak lama kemudian, di pelataran gedung pengadilan, sekitar lima orang tengah dihakimi massa karena dituding sebagai pelaku pencopetan. Setelah puas ‘dihakimi’, kelima pelaku langsung diamankan aparat polisi. Satu di antaranya adalah seorang laki-laki tua. "Orang sudah mau mati (usia lanjut, red.), masih aja nyopet," nyeletuk salah satu pengunjung.

Tags: