Srikandi-Srikandi di Kursi Agung
Edsus Akhir Tahun 2010:

Srikandi-Srikandi di Kursi Agung

Sepanjang sejarah Mahkamah Agung, tercatat tidak kurang dari 28 orang hakim agung perempuan. Amerika Serikat baru memiliki hakim agung perempuan ratusan pada tahun 1981. Ada tren kenaikan jumlah hakim dan karyawan perempuan di pengadilan Indonesia.

Oleh:
Mys
Bacaan 2 Menit
Perjuangan kaum perempuan untuk tampil di kursi para hakim agung <br> yang terakhir dilantik adalah Sri Murwahyuni. Foto: Sgp
Perjuangan kaum perempuan untuk tampil di kursi para hakim agung <br> yang terakhir dilantik adalah Sri Murwahyuni. Foto: Sgp

Upacara sederhana memperingati Hari Ibu di depan gedung Mahkamah Agung berlangsung khidmat, Rabu lalu. Hakim agung Marina Sidabutar tampil sebagai pembina upacara. Seorang petugas membacakan riwayat asal muasal peringatan setiap 22 Desember itu. Semboyan ‘merdeka melaksanakan dharma' selalu dimaknai sebagai perjuangan mencapai kedudukan, kesempatan, hak, dan kewajiban yang sederajat.

 

Tetapi, dalam upaya itu, tak ada pembacaan sejarah khusus perjuangan kaum perempuan untuk tampil di kursi para hakim agung. Padahal, sejak 18 Agustus 1945 hingga hari ini, jumlah hakim agung perempuan terus bertambah. Jumlahnya tidak kurang dari 28 orang. Yang terakhir dilantik adalah Sri Murwahyuni. Ketika peringatan Hari Ibu 2010 digelar Mahkamah Agung, Sri Murwahyuni baru sebulan menjadi hakim agung.

 

Buku sejarah Mahkamah Agung dan disertasi Sebastian Pompe menceritakan, hakim agung perempuan pertama yang diangkat adalah Sri Widoyati Wiratmo Soekito. Ia diangkat ketika kekuasaan pemerintahan beralih dari Soekarno ke tangan Soeharto, persisnya tahun 1968. Sejak era Sri Widoyati, jumlah perempuan yang menduduki kursi hakim agung terus bertambah. Pompe, dalam bukunya The Indonesian Supreme Court: a Study of Institutional Collapse (Cornel University, 2005) mencatat, seorang hakim agung perempuan diangkat lagi pada 1974. Delapan tahun kemudian, jumlah hakim agung perempuan menjadi sembilan orang. Pada 1992 dan 1994 jumlahnya tetap, 8 orang (18,60 %).

 

Indonesia patut berbangga. Sebab, ini menunjukkan pengakuan dan penghargaan terhadap kapabilitas perempuan meskipun Indonesia baru berusia puluhan tahun kala itu. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang mengagung-agungkan isu kesetaraan. Negara ini baru memiliki hakim agung perempuan pertama pada 1981. Presiden Ronald Reagan mengangkat Sandra Day O’Connors sebagai satu dari sembilan hakim agung federal.

 

 

 

1950

1954

1965

1968

1974

1982

1992

1994

Women

-

-

-

1

1

9

8

8

Men

6

5

3

6

15

42

43

43

Sumber: Sebastian Pompe

 

Kiprah Sri Widoyati Wiratmo Soekito di Mahkamah Agung ikut mendorong kaum perempuan memasuki dunia peradilan yang selama puluhan tahun didominasi kaum pria. Meski digambarkan sebagai perempuan yang berperawakan kecil, Pompe memuji reputasi integritas perempuan kelahiran 20 September 1930 itu sebagai hakim agung. “Her reputation for integrity was so strong,” puji Pompe dalam bukunya.

 

Salah satu karyanya, Anak dan Wanita dalam Hukum, diterbitkan LP3ES. Sri Widoyati memang digambarkan  sangat peduli dan ikut memperjuangkan hak-hak perempuan dalam penyusunan RUU Perkawinan. Ia meninggal di Houston Amerika Serikat setelah bergelut dengan kanker kandungan stadium empat.

Tags: