Tony Wenas, Pentolan Band Era 80-an
Profil

Tony Wenas, Pentolan Band Era 80-an

Meski masing-masing personilnya sudah sukses berkarir di luar dunia musik, Solid ’80 masih tetap eksis di acara-acara musik.

Oleh:
Rzk/Ali
Bacaan 2 Menit
Tony Wenas, sempat berkibar dengan Band Solid 80. Foto: Sgp
Tony Wenas, sempat berkibar dengan Band Solid 80. Foto: Sgp

Sekira empat tahun silam, sebuah perhelatan ulang tahun kantor salah satu lawfirm ternama di Jakarta menjadi momen perdana pertemuan hukumonline dengan Tony Wenas. Ketika itu, penampilan Tony terlihat seperti umumnya seorang eksekutif perusahaan atau pengacara yang sehari-hari terbiasa berdandan necis. Kesan yang sama kembali muncul ketika hukumonline bertemu dengan Tony untuk kedua kalinya, Mei 2011 lalu. Momennya, lagi-lagi acara ulang tahun kantor sebuah lawfirm.

 

Penampilan Tony yang kalem dan rapi kontras dengan kisah masa lalunya. Di era 80-an, Tony yang kini menjabat Chief Executive Officer PT INCO Tbk dikenal sebagai musisi rock. Ketika itu, Tony yang masih berstatus mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia berkibar di belantika musik Indonesia dengan Band Solid ‘80.

 

Band ini didirikan Tony bersama enam rekannya yang juga mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Selain Solid ’80, Tony sempat membentuk band lain seperti “Nuklir” bersama Iwan Madjid, Darwin, Ekkie Soekarno, dan Eet Syahrani. Masih bersama Eet, Tony juga sempat membentuk dua band lagi yakni “Treeb” dan “Happy Friends”.

 

Kepada hukumonline, Tony menuturkan kisah di balik nama Solid ‘80. Angka “80”, kata Tony, merujuk pada latar belakang punggawa band yang kebetulan berasal dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan tahun 1980. Lalu, kata “Solid” sengaja dipilih untuk menegaskan kekerabatan personil band. “Kebetulan kami satu kelompok ketika Ospek,” tukasnya.

 

Tony menambahkan, pembentukan Solid ‘80 awalnya hanya dilandasi semangat nekat dan hobi bermusik yang sama para personil. Ketika dibentuk, Tony bahkan mengaku tidak pernah bermimpi kalau suatu saat nanti Solid 80 akan merengkuh kesuksesan.

 

Di eranya, Solid ‘80 yang terang-terangan mengaku berkiblat pada musik Queen, band rock asal Inggris ini memang cukup sukses. Album perdana mereka bertajuk “Equivalent” yang diproduseri Venus Record berhasil mencetak angka penjualan 60 ribu kopi. “Dibandingkan dengan sekarang mungkin tidak ada artinya, tapi pada jaman itu, angka penjualan segitu saja sudah dikatakan sukses,” ujar Tony.

 

Formasi Solid ‘80

Tony Wenas

Vocal, Keyboard

 

 

Boyke Sidharta

Backing Vocal

 

 

Achink Nugroho

Backing Vocal

 

 

Emiel K.W.P.

Backing Vocal

 

 

A.A. Sulaiman

Bass Guitar/Backing Vocal

 

 

Setiawan Adi

Lead Guitar

 

 

Glenn Tumbelaka

Drum

 

Kesuksesan Solid ’80 di dunia rekaman berlajut ke pentas-pentas musik. Solid ‘80 mulai dijejali dengan jadwal tur keliling kota serta undangan manggung yang bertumpuk. Tony menceritakan ketika itu masing-masing personil Solid ‘80 mendapat honor “hanya” Rp150 ribu untuk sekali tampil. Jumlah uang yang tidak seberapa besar memang apabila dibandingkan jutaan rupiah yang dinikmati musisi jaman sekarang.

 

Meski terbilang sukses, namun usia Solid ’80 hanya bertahan satu album. Walaupun secara resmi tidak pernah dinyatakan bubar, Solid ’80 memutuskan untuk menarik diri dari kancah musik Indonesia, setidaknya dari dunia rekaman. Alhasil, “Equivalent” menjadi album pertama sekaligus pamungkas bagi Solid ’80.

 

Kesibukan mengurus kuliah, itulah alasan yang dikemukakan Tony terkait keputusan Solid ’80 menyudahi kiprahnya. “Ketika itu, pilihannya sulit apa mau ambil jalur kiri apa jalur kanan. Tapi, akhirnya kita pikir yang penting kuliah selesai,” tuturnya.

 

Namun, musik sepertinya sudah mendarah daging bagi personil Solid ’80. Makanya, walaupun tidak lagi mencetak album, aktivitas bermusik Solid ’80 tetap berlanjut, bahkan hingga sekarang. Padahal, masing-masing personil Solid ’80 telah malang melintang berkarir di luar dunia musik. Sebagian berlabuh di perusahaan-perusahaan, sebagian lainnya menjadi advokat atau bahkan mendirikan kantor hukum sendiri.

 

Mungkin karena sudah berbeda zaman, kini Solid ’80 memang lebih sering tampil di acara-acara yang khusus didedikasikan untuk mengenang musik tahun 1980-an. Terakhir, Solid ’80 sempat tampil di acara “Zona 80” yang ditayangkan Metro TV.

 

Empat tahun lalu, di pertemuan pertama, pertanyaan hukumonline apakah pernah terbesit Solid ’80 akan reuni membuat album, dijawab Tony dengan diam. Mungkin dalam hatinya, Tony sedang bersenandung menyanyikan penggalan lagu “Asa Diriku” dari album Equivalent:

 

Hidup di dunia 
tiada kekal abadi selamanya 
Namun diri ini haruslah 
tak henti berkarya 
Bila tiba saatnya 
tiada pernah disangka 
akhir segalanya t'lah nyata 
mendera raga ooh...

 

 

 

Tags: