HKI Indonesia Bikin Andrea Hirata Sakit Hati
Utama

HKI Indonesia Bikin Andrea Hirata Sakit Hati

Dirjen HKI usul pembeli barang bajak diberi sanksi pidana.

Oleh:
Happy Rayna Stephany
Bacaan 2 Menit
Dirjen HKI Ahmad Ramli (tengah) saat jumpa pers bersama Andrea Hirata (kanan) dan Jaya Suprana (kiri). Foto: Sgp
Dirjen HKI Ahmad Ramli (tengah) saat jumpa pers bersama Andrea Hirata (kanan) dan Jaya Suprana (kiri). Foto: Sgp

Siapa yang tak kenal Andrea Hirata? Anda tentunya masih ingat karya fenomenal pria yang memiliki nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun. Ya, Laskar Pelangi, satu bagian dari tetralogi novel karyanya –tiga lainnya Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov- yang kemudian diangkat menjadi film layar lebar, dan sukses, telah melambungkan nama Andrea.

Prestasi yang ditorehkan pria kelahiran Belitung ini tak luput dari perhatian Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI), Kementerian Hukum dan HAM. Andrea mendapat penghargaan untuk kategori Novelis Motivator. Pemberian penghargaan ini adalah bagian dari acara peringatan Hari HKI Internasional ke-12 yang diselenggarakan Ditjen HKI, di Jakarta, Selasa (8/5).

Selain Andrea, Ditjen HKI juga memberikan penghargaan kepada Prof Sidik, Ir Oskar Riandi, Ebiet G Ade, tim film "The Raid", tim Gatot Kaca, IPB, Pemilik Kebab Turki Baba Rafi Hendy Setiono, Pendiri PT Sinar Sosro Sosrodjojo, Pemilik Sido Muncul Irwan Hidayat, serta Ary Ginanjar Agustian dan Jaya Suprana.

Meskipun senang menerima penghargaan, anehnya, Andrea mengaku juga sedih. Dia merasa prihatin terhadap kondisi perlindungan HKI di negeri ini. Andrea wajar sedih karena dia sendiri menjadi korban pelanggaran HKI. Sebagai penulis, Andrea mengaku sakit hati ketika karyanya dibajak oleh pihak tak bertanggung jawab. Total, empat kali karya Andrea yang dibajak.

“Industri buku adalah industri yang paling buat sakit hati. Bagaimana tidak, karena buku saya dibajak empat kali lipat dari buku aslinya,” ujar Andrea dalam konferensi pers usai pemberian penghargaan.

Menurut Andrea, industri buku adalah industri yang paling rentan dibajak setelah industri musik. Ironisnya, salah satu faktor penyebabnya adalah kemajuan teknologi. Dikatakan Andrea, berkembangnya perangkat lunak pengonversi file pdf (Adobe Acrobat) menjadi word (Microsoft Word) memudahkan pembajak karena mereka cukup memindai (scan) buku aslinya untuk menghasilkan versi bajakannya.

“Penulis buku sangat frustrasi karena buku adalah industri yang terhantam paling keras setelah musik,” ujar Andrea lagi.

Dia akui, aksi pembajakan di Indonesia sulit diberantas. Pasalnya, masyarakat Indonesia cenderung menyukai barang-barang versi bajakan ketimbang aslinya. Terlebih, barang bajakan dijual lebih murah dari aslinya. Jadi, menurut Andrea, kendala pemberantasan pembajakan adalah faktor kultur dan ekonomi. Kondisinya mejadi lebih sulit karena pembajakan ternyata dapat membuka lapangan kerja. Dengan adanya pembajakan, banyak orang yang bisa menjadi penjual barang, distributor, dan produsen barang bajakan.

Secara khusus, pria yang gemar menggunakan topi ini menyoroti lemahnya penegakan hukum terhadap aksi pembajakan. Menurutnya, penegakan hukum harus diperkuat karena aksi pembajakan di Indonesia begitu kasat mata. Andrea mengatakan penegak hukum harus mampu melindungi para inventor.

Law enforcement kita harus kuat. Ini kan kasat mata. Barang yang dibajak ada di depan mata. Sekarang bagaimana para penegak hukum bisa melindungi hak-hak para inventor. Saya berharap, para penegak hukum terus mempunyai energi yang banyak untuk memberantas pembajakan ini,” ujarnya tegas.

Mencoba membandingkan, Andrea berpendapat kondisi di Amerika Serikat lebih baik ketimbang di Indonesia. Makanya, ia mengaku merasa lebih terjamin menerbitkan buku di Negeri Paman Sam daripada di tanah kelahirannya sendiri. Salah satu yang diapresiasi Andrea adalah kebudayaan masyarakat Amerika Serikat yang tidak suka membeli barang bajakan.

“Saya paling terpukul cerita Padang Bulan, Cinta dalam Gelas. Itu riset empat tahun, risetnya sampai ke Eropa sana demi memahami kehidupan orang Melayu. Hari Minggu kita launch, hari Senin sudah ada bajakannya. Kita menghabiskan banyak biaya untuk riset ini,” ujarnya kesal.

Lebih parahnya ketika novel Maryamah Karpov dibajak. Belum juga diluncurkan, karya terakhir Andrea dalam novel tetralogi, sudah beredar versi bajakannya. “Pernah terjadi juga buku Maryamah Karpov. Baru saja kita bilang kita mau menerbitkan buku Maryamah Karpov, keesokannya ada buku dengan cover Maryamah Karpov, tetapi isi beda,” lanjutnya.

Rasa kesal Andrea sepertinya sudah memuncak. Jelas-jelas, Andrea mengaku kecewa dan hampir patah semangat untuk terus berkarya. “Dengan kejadian ini, saya mengalihkan hak untuk mencetak buku saya ke penerbit di Amerika, Farras, Straus, and Giroux, karena tidak dihargai di sini (Indonesia, red),” tukasnya.

Standar UU sama
Menanggapi keluhan Andrea Hirata, Dirjen HKI Ahmad M Ramli mengatakan kondisi Amerika Serikat tidak bisa bandingkan dengan Indonesia. Di Negeri Barrack Obama itu, kata Ramli, perlindungan HKI sudah berkembang cukup lama. Namun begitu, dia menegaskan bahwa undang-undang Indonesia terkait HKI sudah mempunyai standar yang sama dengan Amerika Serikat.

“Standarnya sudah sama karena kita telah menjadi anggota World Intellectual Property Organization (WIPO),” tutur Ramli dalam acara yang sama.

Menurut Ramli, maraknya pembajakan di Indonesia disebabkan oleh sejumlah faktor. Seperti halnya Andrea Hirata, Ramli mengakui bahwa perkembangan teknologi memberi kontribusi yang tidak sedikit. “Banyak orang yang membajak melalui internet, download lagu dan film,” urainya.

Faktor lainnya adalah tingkat kesadaran masyarakat. “Kalau di Amerika, masyarakatnya ditawarkan barang bajakan tidak mau. Sementara di Indonesia, masyarakat cenderung untuk membeli barang yang murah,” ujarnya membandingkan.

Mengatasi hal ini, Ramli berpendapat perlu dilakukan perbaikan regulasi. Dia katakan, undang-undang terkait HKI harus mengatur bahwa mengunduh lagu dan film via internet adalah tindakan kriminal.

“Kita akan ubah undang-undang HKI, dan memasukkan materi ini ke dalam undang-undang ini. Selain itu, materi lain yang akan dimasukkan ke dalam UU HKI adalah pemberian sanksi kepada pembeli barang bajakan. Selama ini, yang hanya diberikan sanksi adalah pengedar dan pembuat,” ujarnya.

Tags: