Dua Orang Hukum Berebut Kursi Presiden AS
Berita

Dua Orang Hukum Berebut Kursi Presiden AS

Pasca lulus, Obama terjun ke dunia advokat, sedangkan Romney memilih bisnis sebagai jalan hidupnya.

Oleh:
ALI
Bacaan 2 Menit
Dua Orang Hukum Berebut Kursi Presiden AS
Hukumonline

Suasana perpolitikan di Amerika Serikat sedang memanas. Dalam hitungan beberapa hari ke depan, negeri Paman Sam ini akan menggelar gawean besar, pemilihan presiden. Para pasangan calon terkuatnya adalah Barack Obama-Joe Biden dari Partai Demokrat dan Mitt Romney-Paul Ryan dari Partai Republik.

Para pasangan calon presiden, dan tim sukses mereka, sudah mulai saling serang baik dari segi program kerja hingga latar belakang calon? Namun, meski begitu, ternyata ada persamaan antara capres yang akan bertarung. Ya, Obama dan Romney memiliki latar belakang pendidikan yang sama. Mereka pernah mengecap pendidikan hukum.

Calon incumbent, Barack Obama memang sudah dikenal sebagai lulusan Harvard Law School. Si ‘Anak Menteng’ ini bahkan pernah beberapa tahun berprofesi sebagai advokat, meski dia lebih sering tampil di belakang layar. Sebagaimana dilaporkan www.suntimes.com, pria yang jarang beracara di pengadilan ini dinilai sebagai pengacara yang bertipe “kuat dan pendiam”.

“Saat saya menjadi associate (lawyer,-red), kebanyakan pekerjaan saya adalah meneliti dan menulis,” ujarnya pada suatu kesempatan, tahun 2007 lalu. 

“Saya adalah satu dari sekian penulis yang baik. Saya lebih banyak menyelesaikan penulisan menggunakan otak, dan sedikit melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan persidangan,” ujar Obama yang juga pernah menjadi dosen senior Hukum Tata Negara di Universitas Chicago ini.

Nah, bagaimana dengan Mitt Romney? Mitt memang lebih dikenal sebagai pebisnis sukses di Amerika Serikat. Namun, siapa sangka bila sebenarnya ia juga pernah mengecap dan bergelar pendidikan hukum.

Pada 1971, Romney memperoleh gelar sarjananya, Bachelor of Arts dari Brigham Young University. Pasca lulus, sebagaimana dilaporkan oleh The New York Times, ada kebimbangan di hati Romney muda. Dia ingin meneruskan ke sekolah bisnis, sedangkan ayahnya George W Romney (Sekretaris Kabinet dan mantan Gubernur Michigan) menginginkan Romney untuk meneruskan sekolah hukum.

Romney akhirnya mengambil jalan tengah. Dia mengambil program gabungan yang menggabungkan hukum dan bisnis di Harvard University. Dia pun memperoleh gelar Juris Doctor (JD)-Master Business Administration (MBA) sekaligus pada 1975.

Ketika lulus, berbeda dengan Obama yang terjun ke bidang hukum, Romney lebih memilih jalur bisnis sebagai jalan hidupnya. Serkin, teman sekelasnya ketika kuliah, mengatakan Romney tak pernah secara serius berkiprah di bidang hukum. “Dia ingin menghasilkan duit, dia ingin menyelesaikan masalah-masalah,” ujar Serkin. Hingga akhirnya, Romney sukses sebagai pebisnis dan pendiri Bain Capital.

Langkah Romney yang lebih memilih karier sebagai pebisnis memang bukan hal yang aneh. Berdasarkan laporan www.jdjournal.com, mayoritas lulusan program gabungan JD-MBA di Harvard University memang lebih memilih karier sebagai pebisnis, di banding praktisi hukum.

Lawrence Golub, salah seorang lulusan 1984 program ini, mengatakan kualitas hidup dan penghasilan potensial yang didapat merupakan alasan bagi para lulusan ‘joint program’ ini akhirnya lebih memilih berkarier di bidang hukum dan bisnis.

“Satu yang dipelajari adalah kehidupan associate di firma hukum besar cukup menuntut, tidak menyenangkan dan tidak menguntungkan sebagaimana apa yang bisa Anda lakukan di sektor bisnis,” ujar Chief Executive Golub Capital ini.

Meski begitu, latar belakang hukum yang dimiliki Romney diyakini berperan besar dalam karier politiknya sehingga membawanya menjadi capres Amerika Serikat. Setidaknya, latar belakang hukum membuatnya peduli terhadap dunia politik. “Sekolah hukum sangat terlibat dalam dunia politik setiap waktu, sedangkan sekolah bisnis kebanyakan tak peduli dengan profesor,” ujar Detlev Vagts, profesor hukum yang menjalankan program itu selama lebih dari 30 tahun.

Dua lulusan sekolah hukum, Obama dan Romney, yang akan bertarung di Pemilihan Presiden AS ini seakan mengkonfirmasi bahwa lulusan fakultas hukum bukanlah orang sembarangan di Amerika Serikat. Sayangnya, ini belum terjadi di Indonesia.

Berdasarkan catatan hukumonline, di era reformasi, sedikit sekali lulusan fakultas hukum yang dicalonkan menjadi presiden. Satu-satunya orang tersebut adalah Pakar Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra, itu pun akhirnya Yusril mengundurkan diri di tengah jalan ketika proses pemilihan sedang berlangsung.

Tags: