Gedung Istimewa dari Seberang Molenvliet
Edsus Akhir Tahun 2012:

Gedung Istimewa dari Seberang Molenvliet

Cobalah berjalan di sepanjang daerah elit ini. Ada beberapa kincir angin di kanal Molenvliet yang dibangun Phoa Bing Am. Kawasan Molenvliet akhirnya tumbuh menjadi pusat perkantoran.

Oleh:
MYS
Bacaan 2 Menit
Gedung Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Foto: Sgp
Gedung Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Foto: Sgp

Ada gedung Postpaarbank yang menjulang di atas lahan bekas toko Eigen Hulp. Lalu berdiri gedung Freres, rumah keluarga Khouw, hotel Des Indies yang terkenal, dan perusahaan gas Hindia Belanda. Tak jauh dari sana, ada pos keamanan Rijswijk, dan ke arah belakang ada pos jaga bernama Apenwacht. Jika terus melewati jalan Noordwijk menuju ke arah Selatan, kita akan bertemu kawasan peternakan milik Antony Paviljoen, juga rumah peristirahatan J.A. van Braam. Orang masih sering mandi di sungai yang mengalir jernih.

Maaf, kita tidak sedang berada di salah satu kota di Belanda. Nukilan di atas hanya sedikit potret Nieuw Batavia dan Weltevreden yang dihubungkan oleh kawasan Harmoni sekarang. Dari arah Glodok ke arah Harmoni dulunya adalah kawasan elit, dengan ikon hotel Des Indes –komplek Duta Merlin sekarang—dan tempat perkumpulan kalangan elit Societet de Harmonie.

Molenvliet adalah kanal yang dibangun 1648, dan kini kita kenal memanjang di sisi jalan Gadjah Mada dan Jalan Hayam Wuruk Jakarta Pusat. Di seberang West Molenvliet itulah kini berdiri Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat.

******

Advokat A.B. Loebis masih ingat betul jadwal sidang di Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta Raya. Hanya setiap Jum’at nihil sidang karena hari krida karyawan pengadilan. Sabtu pun ada sidang.

“Umumnya semua sidang para hakim dilakukan digedungnya yang megah bertingkat tiga di Jalan Gadjah Mada 17,” tulis A.B. Loebis. Seperti digambarkan Loebis dalam bukunya ‘Pengadilan Negeri Istimewa Djakarta in Action (1970), gedung Pengadilan Negeri Istimewa ‘megah dan bertingkat tiga’. Di bawah lantai dasar sebenarnya masih ada ruangan yang dipakai, kini, untuk penyimpanan arsip.

Tetapi tak semua sidang berlangsung di sini. Untuk perkara lalu lintas seringkali berlangsung di gedung Komdak VII Jaya, bahkan bisa di kantor Gubernur DKI atau kantor kepolisian Tanjungpriok untuk perkara kriminal di kawasan Tanjungpriok.

“Bersidang di kantor-kantor eksekutif demikian ini sebenarnya tidak disukai oleh para hakim. Tetapi mengingat ruangan-ruangan idang di Gadjah Mada sendiri tidak mencukupi, maka disetujuilah untuk sementara waktu bersidang di tempat-tempat tersebut,” kenang Loebis.

Halaman Selanjutnya:
Tags: