Tantangan UMKM dalam Menghadapi Pasar Tunggal Asean
Berita

Tantangan UMKM dalam Menghadapi Pasar Tunggal Asean

Yang terpenting lagi adalah sinergi atau kebijakan antara kementerian, antara pusat dan daerah serta antar daerah.

Oleh:
FNH
Bacaan 2 Menit
Tantangan UMKM dalam Menghadapi Pasar Tunggal Asean
Hukumonline

Pasar tunggal ASEAN sudah di depan mata. Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar dapat bersaing. UMKM diharapkan dapat bertahan dan menjadi produk unggulan dan menjadi primadona dalam pasar tunggal ASEAN 2015 mendatang. Paling tidak, hal tersebut tak menjadikan Indonesia hanya sebagai pasar, namun juga ikut memberikan kontribusi produk kepada negara tetangga.

Kepala Sub Direktorat Masyarakat Ekonomi ASEAN II Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Darsem Lumban Gaol, menyebutkan beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh UMKM nanti. Antara lain, persaingan yang makin tajam termasuk dalam memperoleh sumber daya, menjaga dan meningkatkan daya saing UKM sebagai industri kreatif dan inovatif, meningkatkan standar, desain dan kualitas produk agar sesuai ketentuan ASEAN serta diversivikasi output dan stabilitas pendapatan usaha mikro.

"Selain itu, juga harus meningkatkan kemampuan UMKM agar mampu memanfaatkan fasilitas pembiayaan yang ada, termasuk dalam kerangka kerja sama ASEAN," kata Darsem dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Kamis (7/3).

Menurut Darsem, agar pengusaha tetap dapat bersaing di pasar ASEAN, pengusaha perlu melakukan peningkatan efisiensi usaha dan kualitas produk termasuk packgaging. Melakukan pengembangan usaha dan networking dengan mitra lokal di negara ASEAN. Promosi produk dan mengikuti pameran di negara ASEAN, mengembangkan inovasi dan jaringan kerja serta mampu beradaptasi dan sensitif terhadap kebutuhan, gaya hidup, dan tren negara tujuan ekspor di ASEAN.

Bahkan Ketua Focus Group UMKM dan Koperasi Ina Primiana menilai UMKM belum terlalu siap memasuki pasar tunggal ASEAN 2015 mendatang. Persaingan akan sangat berat jika tidak ada perbaikan mendasar untuk mengurangi hambatan-hambatan menjalankan bisnis di Indonesia.

"Jika tidak ada perbaikan, UMKM akan semakin kehilangan daya saing," katanya.

Demi menjaga daya saing produk, maka Ina berharap setiap pelaku usaha UMKM lebih fokus memperhatikan potensi daerah dan arah pembangunan ekonomi, capacity building bagi pelaku UMKM dan pendampingan bagi calon UMKM dengan cara yang tepat serta penerapan supply chain management untuk menghilangkan seluruh hambatan.

"Yang terpenting lagi adalah sinergi atau kebijakan antara kementerian, antara pusat dan daerah serta antar daerah," imbuhnya.

Berdasarkan catatan Ina, kondisi UMKM 2013 memiliki peran besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi makro telah membawa hasil yang positif, sedangkan pertumbuhan di sektor riil yang banyak dilakukan oleh UMKM masih jauh dari harapan. Sayangnya, lanjutnya, usaha mikro hanya berfungsi sebagai jaring pengaman makro-ekonomi sehingga tidak dipandang sebagai sebuah sektor potensial.

Halaman Selanjutnya:
Tags: