Dari Trauma Militer Jadi Menteri Pertahanan
Resensi

Dari Trauma Militer Jadi Menteri Pertahanan

Pernah melihat perlakuan keji militer terhadap ayahnya. Pers kampus yang ia pimpin juga pernah dibredel militer.

Oleh:
ASH
Bacaan 2 Menit
Buku Biografi Mahfud MD. Foto: Sgp
Buku Biografi Mahfud MD. Foto: Sgp

Siapa yang tidak kenal Prof Mohammad Mahfud MD. Pria kelahiran Sampang Madura 56 tahun silam ini baru saja mengakhiri jabatannya sebagai Ketua MK selama dua periode (2008-2013). Jelang mengakhiri masa jabatan itu, dia meluncurkan sebuah buku berjudul Biografi Mahfud MD, Terus Mengalir.

Buku itu ditulis seorang wartawan senior majalah Gatra, Rita Triana Budiarti yang memotret sisi-sisi menarik perjalanan hidup Mahfud. Proses pengerjaan buku ini sekitar lima bulan. Buku setebal 614 halaman itu berasal dari hasil wawancara intensif dengan Mahfud MD, keluarga, dan sahabatnya. Sejumlah buku, risalah sidang dan setumpuk kliping berita tentang kiprah Mahfud juga dijadikan bahan oleh penulis.  

Secara umum, buku ini merekam kisah hidup Mahfud sejak masa kecil hingga tumbuh dewasa di Yogyakarta yang mengantarkannya menjadi dosen. Kehidupan Mahfud saat diangkat menjadi guru besar pada akhir 1999 dan menduduki jabatan-jabatan penting di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif juga dipotret dalam buku ini.

Dengan berbagai jabatan yang pernah didudukinya, penulis mengibaratkan Mahfud seperti toko serba ada, dianggap sosok yang lengkap. Soalnya, selain pernah menjadi aktivis kampus dan dosen, Mahfud pernah menduduki tiga cabang kekuasaan seperti disebutkan dalam teori trias politica yang dicetuskan John Locke.Sebuah teori pemisahan kekuasaan (separation of power) antara cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Padahal, Mahfud mengaku tak pernah bermimpi untuk menduduki jabatan-jabatan itu. Semua diraihnya mengalir bagaikan air.

Biografi Mahfud MD, Terus Mengalir

Penulis:  Rita Triana Budiarti

Penerbit: Konstitusi Press, Jakarta

Terbit: Cet I, Maret 2013

Tebal: 614 halaman

Ukuran: 14,8 cm x 21 cm

Terlahir dari pasangan Mahmodin dan Siti Khadijah, Mahfud merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Sejak usia sekolah dasar, Mahfud dididik keras dan disiplin oleh kedua orang tuanya. Hidupnya serba teratur bak seorang priyayi (hal. 6).

Misalnya, sejak usia 5 tahun, Mahfud sudah dikirim ayahnya –seorang penganut Nadhatul Ulama (NU) tulen– ke Pesantren Somber Laga (hal. 15) sekaligus mengenyam pendidikan di SD Tegangser Laok. Setiap pagi, Mahfud kecil berangkat ke sekolah. Siangnya, ia bergabung dengan para santri di madrasah hingga Maghrib. Selepas Maghrib, para santri mengaji kitab sampai malam. Sebelum shubuh mereka mengaji lagi. Paginya, kembali bergegas ke sekolah. Begitulah, kegiatan Mahfud kecil sehari-hari.                     

Halaman Selanjutnya:
Tags: