Musisi: Pembajakan Karya Cipta itu Perampok
Berita

Musisi: Pembajakan Karya Cipta itu Perampok

Minim perlindungan, karya cipta Indonesia rentan dicuri pihak asing.

Oleh:
M-15
Bacaan 2 Menit
Dwiki Dharmawan (paling kanan) di acara diskusi HKI di UI, Depok. Foto: SGP
Dwiki Dharmawan (paling kanan) di acara diskusi HKI di UI, Depok. Foto: SGP

Indonesia memiliki banyak warisan budaya, khususnya di bidang musik. Sayangnya, perlindungan hukum atas warisan berharga itu masih minim sehingga rentan dicuri oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab, termasuk pihak asing. Kondisi ini mengundang keprihatinan kalangan musisi. Dwiki Dharmawan salah satunya.

Dalam acara diskusi sekaligus konser mini di kampus Fakultas Hukum UI, Selasa (14/5), Dwiki mengatakan warisan budaya Indonesia sebenarnya memiliki nilai ekonomis, tergantung bagaimana mengemasnya saja. “Sebetulnya proses budaya kita, ketika dikemas dengan sesuatu yang lain dapat menghasilkan nilai ekonomis,” ujarnya.

Ironisnya, warisan budaya yang bernilai ekonomis itu belum terlindungi. Menurut Dwiki, masih banyak karya seniman tradisional yang belum mendapatkan perlindungan hukum. Akibatnya, karya itu rentan dicuri oleh pihak asing dengan beragam modus.

Misalnya ada seniman dari negara lain menciptakan sebuah karya musik dengan mengambil komposisi dari musik-musik daerah di Indonesia. Lalu, si seniman itu mengklaim karya itu murni ciptaannya tanpa menyebutkan bahwa sebenarnya dia terinspirasi oleh musik tradisional Indonesia.

“Misalnya saja Janger asal Bali, itu bisa dikomposisi dengan musik Jazz, dan yang lebih fatal adalah mereka yang menciptakan tidak menyebut itu musik asli Bali. Inilah yang terkadang membuat saya miris dan prihatin,” tutur Dwiki.

Hal lain yang menjadi keprihatinan Dwiki adalah maraknya pembajakan. Menurut Dwiki, pembajakan terus bermunculan karena adanya motif ekonomi. Persoalannya, kata dia, upaya penindakan masih sulit menyentuh pihak yang menjadi otak pembajakan. Pedagang karya-karya bajakan, apalagi yang level eceran, tidak tahu apa-apa.

“Ya kalau pedagang di emperan mah, kadang nggak tahu apa-apa, yang mereka tahu jual (lalu) dapat uang,” ujar Dwiki.

Tags:

Berita Terkait