Rencana diberlakukannya kebijakan tapering off Quantitative Easing (QE) oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed telah diantisipasi oleh perbankan dalam negeri. Salah satu bentuk antisipasi tersebut, kata Ketua Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono adalah mulai dikuranginya pengaluran kredit berupa valuta asing (valas) oleh perbankan.
“Ya memang valas susah, mahal sekarang. Valas lebih parah daripada rupiah sekarang,” kata Sigit di Jakarta, Rabu (18/9).
Menurutnya, perbankan dalam negeri bukan hanya mengurangi penyaluran kredit valas saja terkait rencana The Fed ini. Bahkan, beberapa bank di dalam negeri sudah menghentikan kredit. Bukan hanya itu, lantaran mahalnya valas dan ketersediaan yang semakin mengetat, tanpa rencana The Fed, perbankan mulai mengurangi penyaluran kreditnya.
“Karena likuiditas dolar sekarang memang hampir tidak ada bank besar pun setahu saya tidak memberikan kredit valas kepada nasabah-nasabah yang baru, kecuali komitmen-komitmen lama saja yang mereka harus cairkan, yang lain sudah berhenti,” tutup Sigit.