Topo Santoso:
Ingin Lahirkan Alumni FHUI yang Antikorupsi
Rechtschool

Topo Santoso:
Ingin Lahirkan Alumni FHUI yang Antikorupsi

Kerja sama dengan ikatan alumni FHUI akan ditingkatkan.

Oleh:
HRS
Bacaan 2 Menit
Foto: Facebook
Foto: Facebook
Akhir tahun 2013 mungkin menjadi momen yang akan selalu diingat oleh Topo Santoso. Pada 20 Desember 2013 lalu, Topo Santoso resmi dilantik Rektor UI Muhammad Anis untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai Dekan FHUI selama empat tahun ke depan.

Mengawali perjalanannya sebagai seorang dosen pada 1994 hingga kini menjadi orang yang dipercayakan memegang tongkat kepemimpinan Makara Merah, Topo memiliki beberapa rencana besar yang dapat membawa FHUI semakin berkibar. Dia berhasrat menorehkan sejarah di empat tahun kepemimpinannya.

Ditemui hukumonline di ruang Sekretariat Dekan FHUI, Kamis (2/1), dengan kemeja berwarna putih dan celana katun hitam, Topo menceritakan ide-idenya untuk ia berikan kepada FHUI. Berikut ini petikan wawancaranya:

Apa visi misi yang Anda usung untuk membangun FHUI dalam empat tahun ke depan?
Jadi begini, pertama kita itu ingin Fakultas Hukum UI ini menjadi fakultas hukum yang terdepan di Indonesia dan juga menyamai level fakultas hukum yang terbaik di Asia Tenggara. Dalam empat tahun, kita berharap bisa ke sana ya dan juga diakui sebagai fakultas hukum yang besar di dunia. Artinya, menjadi barometer dunia pendidikan hukum di Indonesia oleh orang-orang Internasional yang melihat itu. Itu gambaran besarnya.

Bagaimana cara mewujudkannya?
Nah, hal itu diwujudkan melalui cara-cara di aspek pendidikan, riset, pengabdian masyarakat, dan lain-lain. Di bidang pendidikan, saya akan segera memperbaiki kurikulum. Kurikulum FHUI akan disesuaikan dengan ketentuan perundang-undangan maupun dengan kebutuhan pasar, baik di level S1, S2, dan S3.

Seiring dengan perbaikan kurikulum, metode pembelajaran juga diperbaiki. Jadi, kita ingin ke depan Student Center Learning dan Problem Based Learning akan lebih diterapkan dan diperbanyak penggunaannya. Sarana multimedia dan teknologi informasi juga semakin banyak digunakan dan meluas penggunaannya oleh dosen, nanti mahasiswa dapat mengikuti perkuliahan dengan menggunakan modul-modul yang dibuat dengan video ataupun sarana lain.

Kita juga ingin dosen-dosen kita lebih aktif membuat buku teks baik berbahasa Indonesia maupun Inggris,itu untuk mahasiswa program KKI (Kelas Khusus Internasional). Kita mungkin targetkan minimal satu buku per bidang studi untuk setiap tahun. Nah, satu bidang studi itu kan banyak dosennya, sehingga kita berharap lebih, kalau bisa dua atau tiga buku per tahun per satu bidang studi itu lebih baik lagi. Kalau misalnya dua buku per bidang studi, paling tidak kita punya 16 buku per tahun. Kalau dalam empat tahun, ya dikalikan saja.

Selain itu, kita ingin melakukan capacity building buat dosen-dosen kita dalam meningkatkan kemampuan teaching methodmereka agar sesuai dengan pelajaran yang modern. Juga, meningkatkan kapasitas bahasa Inggris mereka sehingga bisa dapat menyerap lebih banyak berbagai literatur-literatur asing dan juga memperluas cakrawala ilmunya. Kita juga fokus meningkatkan kemampuan praktik anak-anak kita, misalnya menambah satu ruang mootcourtlagi dan satu lagi ruang simulasi.

Program magang juga akan saya tambahkan lagi. Nanti ada satu unit khusus namanya Laboratorium Klinik Hukum dan Kompetisi Mahasiswa. Di sanalah nanti perkuliahan-perkuliahan klinik hukum di fasilitasi ruangannya, peralatannya, modul-modulnya, dan dosennya. Koneksi FHUI dengan profesi hukum maupun penegak hukum seperti kejaksaan, pengadilan, lawfirm akan semakin diperluas agar presentase mahasiswa kita yang magang semakin meningkat.

Bagaimana dengan bidang Riset?
Terus terang kondisi sekarang masih kurang. Dosen mungkin punya banyak riset dan penelitian di luar fakultas, tetapi dosen kita jarang memanfaatkan kesempatan hibah riset dari Dikti maupun UI. Kita ingin mendorong agar dosen mau mengambil kesempatan hibah-hibah riset baik dari UI maupun Dikti dan kita ingin kuantitasnya menjadi tiga kali lipat dari periode sebelumnya yang masih di bawah 10. Sedangkan fakultas lain mencapai 30 orang. Hibah riset ini cukup mempengaruhi akreditasi.

Untuk kenyamanan para dosen dalam melakukan riset, saya akan menyediakan fasilitas untuk riset. Masing-masing ruang bidang studi kita akan renovasi sehingga dosen dapat menulis dan meriset dengan baik dan enjoy. Selain hibah riset dari UI dan Dikti, Fakultas juga akan memberikan minimal 10 hibah riset dalam satu tahun. Sifatnya tentu kompetisi.

Seiring dengan itu, terkait dengan riset, publikasi tak dapat dilepaskan. Kita punya dua jurnal yang terakreditasi, yaitu Indonesian Journal of International Law dan Jurnal Hukum dan Pembangunan. Ini akan kita tingkatkan terus akreditasinya. Meskipun sempat vakum, kita akan terus pertahankan. Bahkan, nantinya dapat diakses secara online. Satu lagi, Indonesia Law Review yang sudah terbit lebih dari enam volume.

Kita berharap tiga jurnal ini, pada tahun 2014, sudah terakreditasi nasional. Ke depan, kita pengen tiga jurnal ini bisa jadi jurnal internasional. Kita sudah diskusi panjang dengan DRPM (Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, red) yang akan membantu kita untuk menginternasionalisasi dua jurnal ini. Kita akan bantu semua dosen-dosen kita dalam meningkatkan kepangkatan mereka maupun dosen seluruh Indonesia yang akan menggunakan kesempatan ini untuk menulis di jurnal ini.

Bagaimana dengan kondisi jurnal-jurnal FHUI yang lain?
Saya kira di luar jurnal ini masih ada, seperti hukum Islam, Jurnal Hukum dan Masyarakat, kita akan dorong perkembangannya. Kita akan dukung agar dapat berkembang dengan baik. Oh ya, setiap dosen yang memperoleh hibah riset, mereka diwajibkan untuk menulis di jurnal. Jadi, itu meningkatkan juga skor akreditasi kita. Nanti, itu juga akan kita pasang di website kita sehingga ada kompetisi di antara bidang-bidang studi, mana yang sudah menulis dan yang belum sama sekali.

Dan untuk pengabdian masyarakat?
Pengabdian masyarakat itu begini. Kondisinya sekarang yang berperan dalam hal ini baru LKBH FHUI. Kita akan buat unit Manager Riset dan Pengabdian masyarakat. Unit ini akan mengoordinir lembaga pengabdian masyarakat, nanti kalau mau buat lembaga pengabdian masyarakat selain LKBH bisa juga. Lembaga riset yang ada saat ini ada 15 dibawah DRC (Djokosoetono Research Centre, red). Misalnya, lembaga pengabdian masyarakat yang fokus pada penyuluhan masyarakat, yang lainnya di advokasi.

Kita akan memanfaatkan hibah pengabdian masyarakat. Nah, ini yang belum tergarap, baru satu atau dua dosen yang memanfaatkannya. Kita akan dorong agar dosen-dosen mau memanfaatkan itu. Nah, ini juga bagus untuk akreditasi dan naik kepangkatan selain itu juga sangat berperan untuk masyarakat yang membutuhkan hukum.

Bagaimana dengan Kelas khusus Internasional? Apakah akan dihapuskan?
Saya tahu banyak kritik untuk subprogram KKI baik segi pengajarnya, pembelajarannya, maupun fasilitasnya. Ini yang akan kita tingkatkan, saya tidak akan menghapuskannya. Saya juga sudah membicarakan masalah ini dengan Rektor dan Wakil Rektor UI. Mereka memahami persoalan ini dan memberikan kesempatan kepada saya untuk mempertahankan dan memperbaikinya.

Beberapa waktu lalu salah seorang pejabat negara pernah mengatakan UI, UGM adalah salah satu pencetak lulusan yang korupsi. Bagaimana pandangan Anda?
Jadi gini, itu juga salah satu concern saya. Kita ingin FHUI melahirkan ahli hukum, praktisi hukum, atau penegak hukum yang antikorupsi. Bagaimana kita melakukannya, tentu kalau mereka sudah keluar, berkecimpung di berbagai lini, mereka diharapkan sudah punya bekalan ini dulu yang cukup. Kuliah ini kan ada beberapa jenjang, yaitu S1, S2, dan S3. Kita berbicara di S1 dululah.

Caranya adalah kita ingin memperkuat hal-hal yang menyangkut etik. Misalnya, mata kuliah Tanggung Jawab Profesi, itu yang akan kita perkuat. Kemudian mata kuliah terkait dengan antikorupsi. Meskipun itu ada satu mata kuliah tersendiri, yaitu peminatan di hukum pidana tapi kita juga ingin ada di lingkup peminatan lainnya, misalnya administrasi negara, tata negara, korupsi internasional. Karena sebetulnya korupsi itu multi. Ketika berbicara tentang untuk menghasilkan sikap-sikap antikorupsi, itu bukan hanya orang pidana yang berbicara, tetapi juga semua bidang ilmu hukum.

Kedua, kita juga ingin menanggulangi hal itu mulai dari dengan bersikap tegas terhadap sikap-sikap kecurangan mahasiswa, seperti cheating, nyontek. Kita kan sekarang sudah banyak CCTV, pelan-pelan kelas dilengkapi CCTV. Walaupun sebenarnya kontrol untuk antikorupsi itu bukan karena gara-gara ada CCTV, selain dengan memperbaiki kultur dan mentalitas, bersikap tegas lewat sistem juga harus dibiasakan dari kuliah ini.

Selain itu, kita juga ingin mengadakan kegiatan semacam penanggulangan gratifikasi. Kita ingin menanggulangi masalah itu dari awal. Jadi nanti, kita tidak akan membiarkan orang tua mahasiswa untuk memberikan sesuatu kepada dosen atau karyawan yang bisa mempengaruhi keputusan atau kebijakan yang diambil. Itu sebetulnya juga membiasakan diri mahasiswa, maupun dosen, karyawan utnuk melakukan korupsi sekecil-kecilnya.

Sewaktu di debat publik calon dekan FHUI, ada anggapan ILUNI FHUI hanya dijadikan sapi perah. Bagaimana Anda merangkul alumni dan menyikapi hal ini?
Dengan alumni, kita akan tingkatkan hubungannya. Setelah struktur ini lengkap, nanti ada 1 unit, yaitu Manager Ventura, Hubungan dan Kerjasama dengan alumni. Nah, nanti dengan adanya manajer yang baru ini, bersama pimpinan fakultas akan membicarakan hal ini dengan iluni FHUI untuk membicarakan sejauh mana kerjasama dan kontribusi alumni FHUI untuk FHUI dapat dilakukan. Artinya, kita memberitahukangrand design selama empat tahun ke depan sejak awal.

Kita akan lihat bagaimana pemikiran-pemikiran alumni. Kalau alumni mau nyumbang, beri donasi untuk peningkatan, syukur alhamdulillah, kita senang sekali, tetapi kita juga ingin pemikiran-pemikiran alumni kita mengenai berbagai aspek tadi.

Nah, salah satu area yang bisa dilakukan kerjasama secara mendalam itu mengenai pengembangan Kelas Khusus Internasional. Saya tahu banyak kritik untuk subprogram KKI baik segi pengajarnya, pembelajarannya, maupun fasilitasnya. Ini yang akan kita tingkatkan bersama-sama dan minta dukungan alumni FHUI. Kita tahu banyak alumni yang bagus-bagus, lulusan dari luar, kemampuan praktiknya bagus dan ini adalah nilai tambah yang penting bagi pengembangan program KKI kita.  

Sebetulnya antara alumni dengan fakultas hubungannya cukup kuat hanya saja belum termanfaatkan dengan baik. Insya Allah kita akan segera bekerja untuk itu. Bahkan, sifatnya tidak hanya meminta saja, tapi kita juga minta pemikiran-pemikiran mereka apa untuk pengembangan program-program kita. Kita akan berbicara secara sejajar.
Tags:

Berita Terkait