Runner Lawyers Berbagi Tips and Tricks (2): Otot Kaki dan Bir
After Office

Runner Lawyers Berbagi Tips and Tricks (2): Otot Kaki dan Bir

Bir dianggap lebih baik dari air atau minuman berenergi.

Oleh:
CR-16
Bacaan 2 Menit
Ibrahim Senen saat mengikuti salah satu ajang lomba lari. Foto: Istimewa
Ibrahim Senen saat mengikuti salah satu ajang lomba lari. Foto: Istimewa
Anda yang awam tentang olahraga kemungkinan besar memiliki asumsi ini, bahwa lari itu butuh kecepatan. Asumsi ini ternyata tidak sepenuhnya benar. Kecepatan hanya berlaku untuk lomba lari jarak pendek seperti 100 meter. Sementara, untuk lari jarak jauh seperti maraton atau half marathon, stamina jauh lebih penting dari kecepatan.

Demikian pelajaran yang didapat seorang Ibrahim Senen dari sejumlah ajang lomba lari yang dia ikuti. Baim, begitu dia biasa disapa, mengatakan dalam mengikuti lomba lari jarak jauh, kita tidak perlu ngoyo ingin menyentuh garis finish secepat mungkin. Strategi seperti ini, kata dia, salah dan berpotensi menjadi blunder. Alih-alih finish duluan, pelari bisa kehabisan nafas di tengah jalan jika tidak mampu menjaga stamina.

Pentingnya stamina dibandingkan kecepatan, bagi Baim, adalah filosofi dasar dari olahraga lari. Baim berpendapat filosofi ini mirip dengan filosofi advokat, profesi yang digelutinya. Partner Senior pada DNC ini mengatakan seorang advokat juga seyogyanya tidak terburu-buru dalam menangani sebuah permasalahan. Seperti pelari, advokat harus menjaga stamina.

“Bukan memberikan nasihat hukum dalam waktu singkat, namun pada akhirnya kehilangan arah dikarenakan panjangnya kasus yang harus dihadapi,” ujar Baim mencoba membandingkan advokat dan pelari.

Bicara jam terbang, Runner Lawyer yang satu ini memang cukup berpengalaman. Sejak 2011, Baim mengaku telah mengikuti empat ajang lomba maraton. Singapore Marathon, dia ikuti dua edisi, yakni tahun 2011 dan 2013. Di dalam negeri, Baim pernah berpartisipasi dalam ajang Bali Marathon 2012 dan Jakarta Marathon 2013.

Di antara empat marathon yang diikuti, Baim menyebut Bali Marathon sebagai ajang terberat. Di Pulau Dewata itu, kata Baim, jalur lari (track) yang harus ditempuh cukup bervariasi dan menantang. Dia harus menaklukkan beragam jenis track dari yang lurus dan panjang, serta menanjak dan menurun yang curam.

Tips dari Baim dalam rangka persiapan maraton adalah latihan untuk membiasakan otot-otot kaki bergerak secara konstan dalam waktu yang lama, mengingat jarak yang ditempuh kurang lebih 42 kilometer. Sejauh ini, Baim mengaku berhasil menaklukkan sejumlah ajang maraton berkat latihan otot kaki yang benar.

“Kesulitan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana mengalahkan diri sendiri di tengah deraan sakit pada tubuh, cuaca
panas yang menguras tenaga dan godaan untuk tidak menyelesaikan maraton tersebut,” paparnya.

Manfaat Bir
Partner pada firma hukum Nasoetion dan Atyanto, Genio Atyanto memiliki saran yang unik tentang pemulihan kondisi tubuh (recovery) setelah lomba lari. Nino, begitu dia biasa disapa mengatakan bir bisa mempercepat recovery setelah lari. Bir, kata dia, memiliki kandungan yang sama dengan susu coklat yang bisa mempercepat recovery.

“Menurut riset, bir itu bagus untuk recovery karena kandungan karbohidratnya empat banding satu,” ujar Nino seraya mengingatkan agar bir tidak dikonsumsi terlalu banyak.

Selain bir, Nino menyarankan penikmat olahraga lari untuk konsumsi pasta. Bedanya dengan bir, pasta disarankan untuk dikonsumsi sebelum lomba. Alasannya, menurut Nino, pasta adalah jenis makanan yang mengandung karbohidrat yang paling lama bertahan di tubuh dibanding makanan lain.

Di pagi hari sebelum lomba, Nino juga menyarankan makan roti dengan selai kacang. Nino yang pernah mengikuti ajang lomba maraton di Tokyo dan Hong Kong ini mengatakan makanan mengandung karbohidrat diperlukan untuk para pelari, agar kebutuhan energi terpenuhi.

“Yang kita hindari kalau kita lari jauh jangan sampai kehabisan energi, make sure nggak kehabisan energi kayak habis bensin,” jelasnya.

Berdasarkan penelusuran hukumonline, saran Nino tentang bir ternyata senada dengan temuan para peneliti di Universitas Granada,Spanyol. Para peneliti itumenemukan bahwa bir dapat membantu mengembalikan cairan tubuh yang hilang setelah berolahraga. Bir bahkan dianggap lebih baik daripada air atauminuman energi.Dikutip dari Washington Times, Profesor Manuel Garzon mengklaim karbonasi dalambir dapat menghilangkan dahaga dan membantu menggantikan kalori yang hilang.

Penelitian ini melibatkan sekelompok mahasiswa yang diminta untuk berolahraga sampai suhu tubuh mereka mencapai 104 derajat. Para peneliti kemudian memberikan bir kepada sebagian mahasiswa dan air untuk sebagian lainnya.Hasilnya menunjukkan efek hidrasi pada mereka yang minum bir sedikit lebih baikdibandingkan mereka yang meminum air.

Tetapi, temuan sebaliknya diungkapkan Dr Manuel J. Castillo. Dalam risetnya Castillo menemukan bahwa bir memiliki efek yang sama saja dengan air.

Hasil tersebut didapatkan melalui riset kepada 16 pria. Castillo meminta 16 pria berlari di treadmill selama satu jam di ruang yang panas. Mereka lalu ada yang disuruh minum air atau bir sebanyak 660 mililiter (sekitar dua kaleng) dengan 4,5 persen kandungan alkohol. Hasilnya menunjukkan bahwa meminum bir setelah latihan tidak mempengaruhi pemulihan atlet setelah lari.
Tags:

Berita Terkait