Stres Karena Belajar dan Berpraktik Hukum Bisa Membunuh Sel Otak
Berita

Stres Karena Belajar dan Berpraktik Hukum Bisa Membunuh Sel Otak

Salah satu obatnya adalah berolahraga.

Oleh:
Mar
Bacaan 2 Menit
Dua advokat PERADI saat bertanding melawan Law Society of Singapore, beberapa waktu lalu. Foto: RES.
Dua advokat PERADI saat bertanding melawan Law Society of Singapore, beberapa waktu lalu. Foto: RES.
Profesor Hukum dari University of Denver, Amerika Serikat, Debra Austin menyatakan bahwa stres yang berhubungan dengan sekolah dan praktek hukum dapat mempengaruhi kapasitas kognisi di otak. Kapasitas kognisi ini berfungsi untuk memproses informasi dan memahami sesuatu.

"Stres dapat melemahkan atau membunuh sel-sel otak yang diperlukan untuk kognisi," tulis Austin dalam Loyola Law Review seperti yang dilansir abajournal pertengahan Juni lalu.

Dalam penelitiannya, Austin menjelaskan olahraga merupakan jawaban untuk mengatasi persoalan tersebut. Pasalnya, olahraga berkhasiat membantu meningkatkan pembaruan sel otak. Hal itu dibuktikan dengan penelitian terhadap tikus yang berlari di roda berputar memiliki pertumbuhan sel otak dua kali lebih cepat daripada tikus yang tidak berlari.

Selain itu penelitian menunjukkan bahwa fasilitas seperti tempat olahraga, kelas manajemen stres, pelatihan kesadaran, dan penambahan gizi dapat meningkatkan kesehatan kognitif dan menghasilkan kerja yang dinamis dan mengembangkan kemampuan karyawan.

Jadi, menurut Austin,mahasiswa dan praktisi hukum dapat menghilangkan stress yang mereka miliki dengan lebih banyak berolahraga, tidur cukup dan melakukan hal-hal yang menenangkan pikiran serta meditasi.

"Mengganti kegiatan yang kurang sehat seperti minum-minum (minuman keras,-red), bermain video game, atau menonton televisi dapat membantu mahasiswa hukum dan pengacara mengoptimalkan kinerja saraf kognitifnya," kata Austin.

Selain memberi saran untuk mahasiswa dan praktisi hukum, Austin juga meminta para profesor ikut berperan meringankan stress para muridnya dengan menciptakan budaya mengajar yang tidak membuat stress murid-muridnya. Ia menilai dosen atau profesor hukum cenderung menciptakan suasana kelas yang membuat stres mahasiswanya.

Olahraga dan Stres Advokat
Penelitian profesor hukum asal Amerika Serikat ini sepertinya dipahami betul oleh sejumlah praktisi hukum di Indonesia. Olahraga dianggap menjadi salah satu pengobat stres para pengacara di Indonesia dari beratnya beban kerja mereka. Ini dapat dilihat dari mulai menjamurnya kegiatan-kegiatan olahraga di kalangan advokat.

Beberapa jenis olahraga yang dipilih oleh advokat Indonesia, di antaranya, adalah lari, golf, futsal, dan bulutangkis. Misalnya, beberapa advokat dari Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) membentuk AAI Futsal Club dengan jadwal latihan setiap hari Jumat.

Selain itu, ada juga yang memilih olahraga lari yang kembali atau sedang populer di Indonesia. Sederet pengacara senior kerap mengikuti ajang lari marathon untuk menjaga kebugaran mereka. Fenomena ini disebut sebagai Runner Lawyer. Para “runner lawyer” asal Indonesia ini, di antaranya, adalah Ibrahim Senen (DNC), Ahmad Fikri Assegaf (Assegaf Hamzah & Partners), Johannes C. Sahetapy-Engel (AKSET), Genio Atyanto (Nasoetion dan Atyanto) dan Yeni Fatmawati (PT. Unilever).

Tidak hanya lari dan futsal, golf juga menjadi olahraga favorit para advokat untuk menghilangkan stres. Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM) bahkan rutin menggelar acara turnamen golf. Selain untuk menghilangkan stres, turnamen golf ini dianggap dapat membantu membangun jaringan dengan klien atau sesama advokat.
Tags:

Berita Terkait