Capres-Cawapres Harusnya Tunjukkan Sikap Negarawan
Berita

Capres-Cawapres Harusnya Tunjukkan Sikap Negarawan

Bisa dilihat dari sikap menerima kekalahan atau tidak.

Oleh:
ADY
Bacaan 2 Menit
Capres-Cawapres Harusnya Tunjukkan Sikap Negarawan
Hukumonline
Mahkamah Konstitusi sudah mempersiapkan diri menyambut sengketa pilpres 2014. Tim hukum pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK sudah menyatakan siap bersengketa melalui penyelesaikan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU). Siapa yang menang atau kalah dalam pemilu 9 Juli lalu akan ditentukan KPU beberapa hari ke depan.

Wakil Ketua Indonesian Human Right Committee for Social Justice (IHCS), Rdwan Darmawan, menilai kedua pasangan capres-cawapres seharusnya menunjukkan sikap negarawan dalam mengikuti seluruh proses pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Sejauh ini Ridwan tak melihat sikap agung itu dari kedua pasangan.

Ia menunjuk sikap yang ditunjukkan setelah sejumlah lembaga hitung cepat mengumumkan perolehan suara. Perbedaan hasil hitung cepat justr menjadi ajang saling menghujat, bahkan saling menggugat. Lembaga survei pun demikian.

Capres-cawapres, kata Ridwan, seharusnya sudah menunjukkan sikap agung, sikap yang akan menjadi guru bangsa. Sikap sekelas politisi yang bersaing tidak sehat seharusnya tak dipertontonkan. Menurut dia, masih ada kesempatan bagi pasangan capres-cawapres untuk memperlihatkan sikap negawaran, yaitu pasca penyelesaian sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) “Pasca proses itu baru dapat dilihat siapa yang siap menang dan kalah,” katanya dalam diskusi di Jakarta, Jumat (17/7).

Peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, berpendapat kenegarawanan capres-cawapres tidak hanya dapat dilihat dari kesiapan mereka untuk menang atau kalah dalam kontestasi Pilpres. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), negarawan berarti orang yang ahli di bidang kenegaraan dan pemerintahan. Serta pemimpin politik yang taat asas dan hukum. “Kenegarawanan capres, salah satunya memang bisa diukur dari bagaimana dia dapat menerima kekalahan. Tapi itu bukan satu-satunya,” urai Karyono.

Karyono mengimbau agar kubu pendukung pasangan calon untuk belajar dari perhelatan final Piala Dunia 2014. Sebab, dalam pertandingan kedua tim boleh bermain keras tapi harus tunduk pada peraturan dan keputusan wasit. Begitu pula mestinya dalam Pilpres 2014, para pasangan calon harus mampu menerima apapun hasilnya.

Lebih lanjut Karyono menjelaskan para founding father Indonesia sekalipun berbeda ideologi dan kerap berdebat sengit tapi saling menghargai. Sebab yang menjadi prioritas bagi mereka adalah kepentingan bangsa. “Para capres harus meneladani itu,” pungkasnya.

Ketua ‘Relawan 44’, Syarief Hidayatullah, menekankan yang perlu dilakukan kubu pendukung adalah melakukan sosialisasi sampai ke tingkat bawah. Organisasi relawan pendukung Prabowo-Hatta itu mengaku sudah mendapat instruksi untuk sosialisasi sikap tenang dan damai kepada pendukung Prabowo-Hatta. Sehingga, apapun keputusan KPU, para pendukung tidak bergejolak.

Walau begitu Syarief yakin pasca penghitungan rekapitulasi suara nasional Pilpres 2014 pada 22 Juli 2014 dinamika akan terus bergulir. Sebab, pasti ada kubu pasangan kandidat yang mengajukan sengketa Pilpres ke MK. Oleh karenanya ia menilai Pilpres 2014 adalah ujian bagi demokrasi Indonesia.


Kubu Pro Jokowi (Projo), Budi Arie Setiadi, mengatakan hasil Pilpres nanti bukan kemenangan capres-cawapres, tapi rakyat Indonesia. Mengenai potensi konflik, ia yakin masyarakat dapat menerima apapun hasil Pilpres. “Kalau perhelatan Pemilu seperti ini yang berakrobat itu elit politiknya,” tandasnya.

Budi juga menekankan relawan masing-masing pasangan kandidat harus mensosialisasikan sampai ke tingkat bawah agar para pendukung menjunjung tinggi perdamaian. Apapun hasilnya, pasca 22 Juli 2014 semua elemen masyarakat harus bergotong royong membangun bangsa. Sebab, masih banyak agenda yang harus dituntaskan bersama.
Tags:

Berita Terkait