Busyro: Stop Lemahkan KPK, Mari Bekerjasama
Hari Antikorupsi Internasional

Busyro: Stop Lemahkan KPK, Mari Bekerjasama

Dari Festival Antikorupsi 2014, KPK menangkap sinyal dukungan rakyat sangat kuat.

Oleh:
RZK
Bacaan 2 Menit
Acara jumpa pers penutupan Festival Antikorupsi 2014, Kamis (11/12). Foto: RZK
Acara jumpa pers penutupan Festival Antikorupsi 2014, Kamis (11/12). Foto: RZK
Kamis lalu (11/12), perhelatan Festival Antikorupsi 2014 yang diadakan dalam rangka Hari Antikorupsi Internasional berakhir. Digelar selama tiga hari, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut Festival Antikorupsi 2014 berlangsung sangat sukses. Indikatornya adalah animo masyarakat yang luar biasa.

Berdasarkan pantuan hukumonline di lokasi, setiap harinya Festival Antikorupsi 2014 memang tak pernah sepi pengunjung. Merujuk pada data panitia, Festival Antikorupsi 2014 dihadiri kurang lebih 32.700 orang. Penonton terbanyak hadir saat konser musik “Gropyokan Korupsi”, yakni sekitar 22 ribu orang.

“Saya terharu dan bahagia, karena sambutan masyarakat Yogyakarta sangat luar biasa,” kata Wakil Ketua KPK, Busyro Muqoddas, dalam jumpa pers penutupan Festival Antikorupsi 2014 di Grha Sabha Pramana, Kampus UGM, Yogyakarta.

Menurut Busyro, animo masyarakat yang begitu tinggi dalam Festival Antikorupsi 2014 menunjukkan bahwa dukungan masyarakat terhadap KPK sangat kuat. Fakta ini, kata dia, juga menunjukkan bahwa pemberantasan korupsi bukan agenda KPK semata, tetapi agenda seluruh rakyat Indonesia.

Busyro mengatakan dukungan kuat rakyat Indonesia menjadikan semangat KPK semakin ‘menyala’ untuk menghadapi upaya pelemahan. Selama ini, pihak-pihak yang ingin melemahkan KPK memang masih ada. Contohnya, Busyro menyebut tercatat 14 kali judicial review di Mahkamah Konstitusi yang bertujuan melemahkan KPK.

“Ini (dukungan rakyat, red) sinyal agar jangan lemahkan KPK, jangan ganggu KPK. Mari bekerjasama dengan kami (berantas korupsi, red),” papar Busyro yang kebetulan lahir di Yogyakarta.  

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono X mengaku bangga dipercaya menjadi tuan rumah Festival Antikorupsi 2014. Sultan menegaskan bahwa masyarakat Yogyakarta jelas mendukung upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

“Semoga pendukung KPK semakin besar, jadi semakin sukses juga membangun semangat antikorupsi di negeri ini,” ujar Sultan yang juga hadir dalam acara penutupan Festival Antikorupsi.

Menurut Sultan, salah satu strategi pemberantasan korupsi yang patut dicoba oleh KPK adalah pemanfaatan kearifan lokal sebagaimana terlihat dalam perhelatan Festival Antikorupsi 2014. Dia mengatakan kearifan lokal dapat menjadi bahasa yang efektif dalam mengkomunikasikan urgensi pemberantasan korupsi.

“Semoga di daerah lain, kearifan lokal juga diterapkan oleh KPK,” imbuh Sultan.

Beberapa kegiatan yang digelar sepanjang festival memang menonjolkan unsur kedaerahan Jawa, khususnya Yogyakarta. Misalnya, pertunjukan ketoprak, gamelan, atau bahkan konser musiknya dinamakan Konser Gropyokan yang berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang artinya kegiatan memburu tikus.   

Marzuki Mohamad selaku pencetus ide nama Gropyokan menjelaskan istilah ini dipilih karena koruptor dianalogikan seperti tikus yang harus dibasmi. Makanya, dalam konser Gropyokan yang digelar di Stadion Kridoseno, Yogyakarta, penonton diminta menggunakan topeng tikus.

“Jangan takut menyuarakan anti-korupsi. Dengar, lihat dan laporkan jika ada tindakan korupsi. Jika ada yang mengganggu, kami selalu siap membela dan berdiri di depan KPK," tandas Marzuki, rapper asal Jogja Hip Hop Foundation yang memiliki julukan Kill the DJ dan Chebolang.
Tags:

Berita Terkait