Jelang Eksekusi Mati: Daniel Siap, Marco Stres
Berita

Jelang Eksekusi Mati: Daniel Siap, Marco Stres

Surat penundaan agar menunggu keluarga dari Brasil belum dijawab Kejaksaan.

Oleh:
ANT/M-22
Bacaan 2 Menit
Jaksa Agung HM Prasetyo mengumumkan rencana eksekusi terpidana mati, Kamis (15/1). Foto: RES
Jaksa Agung HM Prasetyo mengumumkan rencana eksekusi terpidana mati, Kamis (15/1). Foto: RES
Salah seorang rohaniwan asal Cilacap, Jawa Tengah, Pendeta Titus A.S. mengatakan bahwa terpidana mati Daniel Enemuo alias Diarrassouba Mamadou siap menjalani eksekusi.

"Saya terakhir ketemu Daniel saat perayaan Natal di Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) Batu, Nusakambangan, pada tanggal 20 Desember 2014. Dia mengaku sudah siap (dieksekusi), kapan saja Tuhan berkehendak kita pulang, dia sudah siap," katanya di Dermaga Wijayapura (tempat penyeberangan menuju Nusakambangan, red.), Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (16/1).

Menurut dia, Daniel justru mengaku senang jika dapat segera dieksekusi daripada menderita di dalam penjara. Akan tetapi, kata dia, Daniel tidak menyampaikan permintaan terakhirnya sebelum menjalani eksekusi.

"Dia yakin dari kedutaan pasti ada yang mengurus jenazahnya setelah dieksekusi. Daniel juga sempat foto bersama saya, fotonya ada di rumah," kata Titus yang rutin memberikan pembinaan rohani bagi narapidana yang beragama Kristen di seluruh lapas se-Pulau Nusakambangan.

Kendati demikian, dia mengaku tidak ditunjuk sebagai rohaniwan pendamping bagi Daniel yang akan menjalani eksekusi mati pada Minggu (18/1) dini hari.

Menurut dia, rohaniwan yang ditunjuk untuk mendampingi Daniel, yakni Pendeta Tuhu Santosa dari Gereja Bethel Indonesia (GBI) Cilacap. Ia mengatakan bahwa rohaniwan pendamping bagi terpidana mati Ang Kim Soei yang beragama Buddha, yakni Sunarso dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Cilacap.

Sementara rohaniwan pendamping bagi Marco Archer Cardoso Moreira yang beragama Katolik, kata dia, kemungkinan Romo Carolus dari Paroki St. Stephanus, Cilacap, atau diwakilkan kepada Romo Nico. "Kalau yang beragama Islam (Rani Andriani alias Melissa Aprilia dan Namaona Denis, red.) didampingi K.H. Hasan Makarim," katanya.

Informasi yang dihimpun Antara, terpidana mati Marco Archer Cardoso Moreira yang berkewarganegaraan Brasil mengalami stres sejak 1,5 tahun lalu karena memikirkan ayahnya yang meninggal dunia. Selain itu, ibunda Marco yang hendak membesuk terpidana mati kasus penyelundupan 13,4 kilogram kokain tersebut di Lapas Pasir Putih, Pulau Nusakambangan, dipersulit perizinannya.

"Belum sampai bisa membesuk anaknya, ibunda Marco meninggal dunia. Hal itu akhirnya menjadikan Marco semakin stres," katanya.

Dihubungi Hukumonline.com, Utomo Karim – pengacara Marco – mengatakan pihaknya sudah mengajukan permintaan terakhir kliennya untuk bertemu keluarganya sebelum dieksekusi mati. Surat permintaan itu sudah disampaikan ke Kapuspenkum Kejaksaan Agung (Kejagung) Tony Spontana yang kemudian diteruskan ke jaksa agung. “Belum tahu nanti hasilnya gimana,” ujarnya melalui sambungan telepon, Jumat (16/1).

Utomo mengatakan bahwa permintaan ini bisa berujung kepada penundaan eksekusi mengingat jarak Brasil – Indonesia yang tidak dekat. “Penundaan itu kan lebih pada kemanusiaan aja ya. Karena si Marco itu kan ingin bertemu keluarganya dulu lah. Kan keluarganya jauh dari Brasil,” ujarnya.

Lebih lanjut, Utomo mengatakan bahwa pihak keluarga sedang siap-siap menunju Jakarta. Ia khawatir pihak keluarga tidak bisa “mengejar” pelaksanaan hukuman mati yang akan digelar Minggu (18/1). “Dikhawatirkan datangnya terlambat, jadi kita ajukan (peundaan,-red),” ujarnya.

Utomo menjelaskan estimasi perjalanan dari Rio De Janeiro ke Jakarta paling cepat antara 27 atau 28 jam. Itu pun bila keluarga Marco tinggal di tengah kota, tetapi bila tinggal di pedesaan (luar kota) maka estimasi waktu akan bertambah. “Kalau misalkan dari kota kecil kan misalnya kayak dari Semarang atau Makasar itu kan perlu ganti-ganti pesawat dulu kan. Transit-transit gitu kan bisa 30 jam-an,” ujarnya.

Meski begitu, Utomo tak mengetahui pasti siapa keluarga Marco yang akan datang ke Nusa Kambangan mengingat ayah-ibunya sudah meninggal dunia. “Mungkin ada tantenya atau apanya gitu loh,” ujarnya.
Tags:

Berita Terkait